30 April 2014

Banda Aceh, Sabee Lam Hatee

Matahari hampir tinggi ketika pertama kalinya saya menginjakkan kaki kembali di Tanah Rencong. Dan Bandara Sultan Iskandar Muda, Bandar Udara Internasional kebanggaan rakyat Aceh juga sudah berdiri megah. Masih teringat dalam ingatan bandara yang dulu tidak sebesar  ini disinggahi berbagai macam bangsa dari berbagai belahan dunia setelah tsunami melanda 2004 yang lalu. Sekarang setidaknya beberapa maskapai penerbangan domestik dan internasional melayani penerbangan dari dan ke Banda Aceh.

Bandara Sultan Iskandar Muda kebanggaan Aceh

Kedatangan saya ke Banda Aceh memang seperti pulang kerumah kedua, walaupun baru dua tahun meninggalkan kota ini dan hijrah ke Jakarta, tapi kenangan belasan tahun berada di kota yang sudah berusia 809 tahun ini begitu membekas dihati. Meski kali ini suami tidak ikut, saya tidak ragu untuk membawa putri kecil saya, Diandra untuk kembali ke kota tercinta. Saya berkesempatan mengunjungi Banda Aceh kembali dan berjalan-jalan dikota tercinta ini.

Sering teman-teman saya diluar tertarik untuk mengunjungi Banda Aceh, namun bertanya-tanya hal apa yang membuat Banda Aceh menarik untuk dikunjungi. Bagi saya, Banda Aceh sekarang sudah menjadi kota pariwisata yang layak disandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.

Kuburan Massal di Ulee Lheu, Banda Aceh

Setiap menginjakkan kaki kembali di kota ini, ada perasaan haru dan sesak, teringat  saudara, teman, yang menjadi syuhada ketika bencana gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan kota ini. Tidak harus menunggu momen tahunan 26 Desember, jika tiba di Banda Aceh nanti, anda bisa mengunjungi bahkan berdoa di salah satu Kuburan Massal di Uleu Lheu yang merupakan salah satu Kuburan Massal terbesar korban bencana tsunami 2004 yang lalu.

Tugu Simpang Lima di malam hari 

Jika memasuki kota Banda Aceh anda akan melihat Tugu Simpang Lima dan dengan  berkendara sejauh  beberapa meter lagi, anda akan berdecak kagum dengan ikon bersejarah kota Banda Aceh ini, ya..Mesjid Raya Baiturrahman! Hampir di setiap kalender bertema Mesjid dan penayangan adzan Magrib di stasiun televisi di seluruh Indonesia pernah dihiasi gambar Mesjid ini. Selalu ada perasaan kagum setiap memandang desain dan interior mesjid yang pernah dibakar dan dibangun kembali oleh Belanda pada tahun1875 ini. Sebelumnya mesjid ini hanya memiliki satu kubah namun sekarang sudah diperluas dan memiliki tujuh kubah mesjid. Mesjid ini juga menjadi saksi mata tsunami 2004 lalu. Sewaktu kecil, Bapak saya sering mengajak saya kesini, tak hanya untuk sholat, tapi untuk berfoto-foto di halaman Mesjid saja, dan dalam beberapa tahun Bapak membuat kartu lebaran bergambar Mesjid Raya Baiturrahman yang dicetaknya sendiri.

Mesjid Raya Baiturahman dulu hanya memiliki satu kubah mesjid

Mesjid Raya Baiturahman sekarang dengan tujuh kubah mesjid

Hanya sekitar satu atau dua kilometer, anda bisa melihat Museum Tsunami Aceh, salah satu museum yang bukan hanya dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004 namun juga sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Museum ini dibangun setelah sebelumnya diadakan sayembara desain museum tsunami. Setidaknya ada 68 desain dalam sayembara desain museum tsunami Aceh pada tahun 2007 lalu dan desain berjudul Rumoh Aceh Escape Hill karya arsitek Indonesia M. Ridwan Kamil yang sekarang menjabat Walikota Bandung ini memenangkan sayembara tersebut. Mengunjungi Banda Aceh dan memasuki museum ini menurut saya adalah wajib.

Museum Tsunami salah satu wisata Tsunami  Banda Aceh

Diseberang Museum Tsunami Aceh ada Lapangan Blang Padang, dan di salah satu pojok lapangan ada sebuah replika pesawat Seulawah yang bertuliskan RI 001, bukan sembarang replika tapi merupakan replika pesawat Angkatan Udara Republik Indonesia pertama yang dimiliki Indonesia yang dibeli dari sumbangan rakyat Aceh. Hebat kan? Jika sore hari, lapangan ini ramai dikunjungi orang-orang yang berolah raga atau sekedar menikmati sore dan mengajak anak-anak bermain di lapangan. Saya tunjukkan juga kepada anak saya, sebuah lapangan basket yang berada di sisi lain lapangan Blang Padang ini, saya katakan kepadanya bahwa ibunya dulu berlatih dan sering bertanding di lapangan itu :)

Replika Pesawat Indonesia Pertama di Lapangan Blang Padang

Oh ya, sekitar  beberapa ratus meter dari Lapangan Blang Padang, anda akan melihat bukti kebesaran Allah SWT melalui bencana tsunami, yaitu Kapal PLTD Apung. Kapal Tongkang PLTD Apung milik Pertamina dengan berat mati sekitar 2.600 ton itu terseret gelombang tsunami dari Pelabuhan Uleelheue hingga ke Kampung Punge Blangcut yang berjarak sekitar empat kilometer. Menyaksikan kapal seberat ini bisa terdampar, tak terbayangkan betapa dahsyatnya tsunami yang menerjang dan meratakan sebagian kecil kota Banda Aceh.

Kapal PLTD Apung bukti kebesaran Tuhan melalui tsunami 2004

Sebelum tsunami, PLTD Apung menyediakan energi listrik sekitar 10 megawatt bagi warga Kota Banda Aceh. Tak hanya awak media asing dari berbagai dunia yang pernah mengunjungi lokasi terdamparnya Kapal PLTD Apung ini, namun Sekjen PBB Kofi Anan, Presiden Amerika George Bush dan Bill Clinton juga pernah datang melihat kapal tersebut, sampai saat ini pun setiap ada kepala tokoh dunia, kepala pemerintahan asing atau dalam negeri selalu menyempatkan diri melihat Kapal PLTD Apung. Jadi jangan lewatkan wisata anda ke Banda Aceh tanpa berkunjung kesini.

Sesaat setelah tsunami, tak terhitung banyaknya  perahu nelayan yang terbawa air dan terhempas ke daratan, bahkan kerumah warga. Salah satu kapal yang bertengger  di atap rumah warga berada di kampung nelayan Lampulo, orang-orang menyebutnya Rumah Boat atau Perahu Nabi Nuh, karena banyaknya warga yang naik ke atas perahu tersebut pada saat tsunami meratakan Lampulo dan kemudian diselamatkan oleh perahu itu.

Rumah Perahu di Lampulo

Perahu yang terhempas ke daratan itu berasal dari perahu nelayan yang berada di Lampulo yang memang merupakan kawasan pelabuhan perikanan terbesar di Banda Aceh. Setelah aktivitas nelayan sempat lumpuh akibat tsunami, sekarang Lampulo kembali hidup menjadi tempat perdagangan hasil laut, dari sini ikan-ikan di angkut dengan motor dan dijual oleh pedagang ikan keliling dan ada pula yg di jual di pasar-pasar tradisional. “Nyoe hai baroe that mantong ungkotnyoe (ini ikan masih sangat baru)… bloe ungkot kak (beli ikannya kak),” kata penjual disana menjajakan ikan-ikannya

Aktivitas penjualan ikan di Lampulo 

Teringat ketika kuliah dulu jika ada acara dengan teman kuliah kami sering pergi ke sini untuk mencari ikan segar untuk dibakar. Aceh memang kaya dengan hasil lautnya. Di Banda Aceh, menyantap makanan laut segar bukan suatu hal mewah lagi, Ibunda saya sering mengenang dan merindukan memasak ikan-ikan dan hasil laut di Banda Aceh yang begitu segar, berbeda dengan kota-kota di pulau Jawa yang ramai dengan isu pengawet bahkan ikan busuk.

Demikian juga dengan makanan khas yang ada di kota ini, Mie Goreng Seafood, udang, cumi-cumi  atau kepiting menjadi menu yang disajikan hampir di seluruh warung mie yang dapat ditemui di beberapa jalan kota Banda Aceh. Namun jika ingin merasakan mie yang spesial dari kota ini, mampirlah ke Mie Razali yang masih berada di dekat Tugu Simpang Lima, tepatnya Jalan Panglima Polem, ada juga Mie Lala yang berada di Jalan Syiah Kuala Lamprit, dan satu lagi Mie Midi yang berada di  Jalan T. Chik Di Tiro. Untuk anda yang tidak terbiasa menyantap makanan perdas, saya sarankan untuk meminta mengurangi level kepedasan mie anda.

Mie Kepiting yang menggugah selera

Ketika masa kuliah dulu, untuk menghemat kantong saya sering membawa sendiri mie instant ke warung mie Aceh terdekat dan meminta dibuatkan Mie dengan bumbu khas Aceh tersebut. Di beberapa warung, anda juga bisa memesan mie Aceh dengan bahan dasar mie instant tersebut, dan rasanya dijamin enak!

Mie Aceh dengan bahan mie instan yang luar biasa

Bila anda menggemari makanan berbahan dasar mie, cobalah juga Mie Kocok khas Banda Aceh, ada Mie Kocok Ramai dan  Mie Kocok Sabena yang berada di Jalan Teuku Umar, Seutui. Di Sabena anda bisa memesan minuman Es Campur yang rasanya nikmat dan segar.

Mie Kocok Ramai

Bicara tentang Es Campur, anda harus mencoba Es Campur Afuk yang berada di Jalan Pocut Baren, minuman segar ini pantas anda rasakan setelah lelah berkeliling kota Banda Aceh yang cuacanya seringkali panas di siang hari. Dan jangan kaget melihat antrian para pembeli yang ramai disini.

Es Campur Afuk yang segar

Nah..ada yang kurang jika kunjungan anda di Aceh tidak dilengkapkan dengan minum kopi Aceh di warung kopi! Minum kopi bukan sekedar rutinitas menjelang aktivitas di pagi hari namun bagian dari budaya lokal untuk mempererat ikatan kekerabatan dan persaudaraan.

Disini, orang bisa duduk di warung kopi kapan saja. Pagi hari sebelum memulai aktivitas, adalah saat yang tepat untuk mereguk segelas kopi Aceh, ya kopi Aceh disajikan digelas ukuran kecil dan beralaskan piring. Ketika masih kecil, Bapak saya mengajarkan cara meminum kopi Aceh ini, kopi panas dari gelas dituangkan sedikit  ke piring kecil yang menjadi alasnya, lalu diseruput pelan-pelan dari piringnya tujuannya mempercepat kopi panas menjadi lebih dingin dan mudah diminum. Semua warung kopi di Aceh menggunakan cara yang sama ketika menyaring bubuk kopi ke gelas, bubuk kopi harus diseduh dengan air mendidih kemudian saringan diangkat tinggi-tinggi agar kopi tidak bercampur dengan uap asap panas kopi yang telah disaring, dan juga agar bubuk kopi tidak bercampur kembali dengan saripati kopi yang telah disaring tersebut, sehingga bisa menghasilkan rasa kopi murni yang nikmat.

Menyambangi warung kopi Solong

Salah satu warung kopi terkenal di kawasan Ulee Kareng adalah Warung Kopi Jasa Ayah atau yang lebih dikenal dengan Solong, tempat ini tak pernah sepi dari para penggemar kopi. Minuman kesukaan saya adalah Sanger (campuran kopi Aceh dan sedikit krimer susu) bisa minta yg panas maupun dingin. Selain Mie Aceh dan berbagai sarapan pagi di pagi hari, anda bisa mencicipi roti sele, asoe kaya/srikaya, pulut srikaya, timphan, kue jala,  dan kue-kue khas Aceh lainnya :)

Sanger dan kue-kue khas Aceh yang bisa dinikmati di Solong

Disini anda juga bisa membawa pulang oleh-oleh kopi Solong berbagai ukuran untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh ataupun dinikmati sendiri.

Untuk makan siang, marilah singgah ke Rumah Makan Khas Aceh, salah satunya adalah Warung Nasi Hasan yang terletak di Jalan Laksamana Malahayati, Lamnyong. Berbagai makanan olahan daging berbumbu rempah menggoda ada disini, Sie Kameeng Masak Aceh (Kari Kambing Khas Aceh) adalah andalan disini. Kari Kambing Khas Aceh ini dapat anda temui di berbagai warung makan, apabila anda khawatir dengan kolesterol, mintalah timun kerok sebagai minuman anda yang merupakan campuran dari parutan timun untuk menetralisirnya.

Di malam hari, anda bisa menikmati udara malam kota Banda Aceh sambil makan malam di kawasan Kuliner Rex, Peunayong. Bermacam kuliner tersedia disana. Jika anda penggemar sate, silahkan mencoba Sate Matang, Nama Matang bukan karena dimasak matang loh, melainkan asalnya dari Matang Geuleumpang Dua, Bireun, Aceh. Potongan daging kambing atau sapi yang tebal, besar namun empuk, disajikan dengan nasi dan kuah soto. Jangan kaget ketika penjual menggebrak botol kecap saat menyajikan sate untuk anda, itu bukan karena penjual marah, namun memang khas cara mereka menyajikan. Jika masih lapar juga, cobalah menyantap Martabak Telur atau Cane gula/susu khas Aceh yang ada di sepanjang warung kopi yang ada disana.


Sate Matang penggugah selera

Anda merasa tidak cocok dan khawatir dengan rasa pedas yang ditawarkan kuliner Aceh? Jangan takut, banyak restoran Padang atau restoran cepat saji seperti fried chicken, pizza dan cafe-cafe yang menyediakan pasta atau western food di kota Banda Aceh ini. Serta berbagai pilihan menu nusantara lainnya bisa anda jumpai di Banda Aceh.

Perjalanan hari  terakhir di Banda Aceh saya tutup dengan mengunjungi wisata sejarah Taman Putroe Phang, Taman Putroe Phang adalah Taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) atas permintaan Putroe Phang (Putri Kamaliah), Permaisuri Sultan Iskandar Musa yang berasal dari Kerajaan Pahang.

Berkumpul dengan teman dan keluarga di Taman Putroe Phang

Sekarang Pemerintah menjadikan taman ini sebagai objek wisata dengan melengkapi taman kota ini dengan beberapa wahana bermain untuk anak-anak. Tempat ini juga menjadi tempat bersantai muda-mudi maupun keluarga karena tempatnya yang hijau dan sejuk  banyak pohon-pohon. Taman Putroe Phang ini berada di Jalan Teuku Umar, Seutui.

Anak-anak bermain di Taman Putroe Phang

Dibalik fungsinya sebagai ruang publik, taman ini merupakan sebagian kecil dari jejak sejarah era kejayaan Kesultanan Aceh. Taman Putroe Phang bersama beberapa situs sejarah lainnya di sepanjang sungai Krueng Daroy merupakan bagian dari komplek raksasa Istana Kesultanan Aceh.

Saya pulang membawa sebuah perhiasan cincin emas bermotif ukiran Pintu Aceh dari sebuah toko mas legendaris yaitu Keuchik Leumiek, yang berada di Pasar Aceh. Emas disini memang terkenal kualitasnya, cerita dari Ibunda saya yang pernah menjual perhiasan emas ketika berada di Jawa, toko emasnya malah meminta membeli perhiasan emas-emas lain milik Ibunda saya jika masih ada, haha


Cincin Pintu Aceh hasil menabung setahun

Ah membicarakan kota Banda Aceh ini memang tak akan ada habisnya, selalu saja ada kerinduan menyeruak jika mengenang kota ini. Ada sahabat, saudara, dan makanan khas yang akan selalu saya rindukan ketika jauh. Jika ingin jalan-jalan ke Banda Aceh, saya akan senang sekali menemani dan membantu anda merancang perjalanan bersama. Sampai satu saat anda, saya dan banyak orang lain yang terkenang dengan kota ini. Oh Banda Aceh lon, sabee lam hatee....




*Tulisan ini diikutsertakan dalam Banda Aceh Blog Competition 2014. Charming Banda Aceh, Tulis dan Perkenalkan Banda Aceh ban sigom donya
http://tourismbandaaceh.wordpress.com/

15 comments:

Miss.Moore said...

Tulisannya okeee k.bieb.
Pasti jd kangen aceh kaaan?? Hahaha
Smoga jd pemenang, gudlak!

Ps. Itu photo terakir yg dijari baguus :p

izaldieo said...

yg belum berkungjung ke Banda Aceh, wajib visit ini blog,,,wisata kulinernya okehhh banget dikupas tuntas,,,,

buka mata hati said...

Waw mantap tulisannya..jd pgn ke Banda Aceh

Blog si Fun said...

Subhanallah Baguuss tulisannya..jarang ada yg bisa menyajikan hal2 yg bisa dinikmati di Banda Aceh dengan sederhana tp malah bikin orang tambah tertarik. Keren kak

Hilman said...

Ayo ah mulai di bikin skejul ke Banda Aceh! Ngiler banget liat makanannya :)

Unknown said...

Jadi kangeeeennnnn..... terakhir ke Banda Aceh itu tahun 1997 kayanya deh.... jd penasaran banget pengen liat Banda Aceh sekarang ini.
Kayanya beneran harus diatur & direncanain deh.

Barengan yuukk, bib.... Biar ada guide-nya qiqiqiqi....

AyuParmawatiPutri_Files said...

Ulasannya menarik, apalagi foto2nya, sukses K'bieb..:)

Sri M. Habibah said...

Ayuuuu, makasih yu udah mampir, salam ke kak Boy dan Audrey 😘

Sri M. Habibah said...

terima kasih, salam!

Sri M. Habibah said...

Kangen banget put, kangen kalian juga..setelah nulis ini mikir gmn caranya bs segera kesana lagi ! Iya...mg2 ada rezeki beli 'sesuatu' di Keuchik Leumiek hehe

Sri M. Habibah said...

Vika Eru waaah vik..udah lama banget itu, and yes Banda Aceh banyak berubah setelah Tsunami 2004. Budget terbesar cuma beli emas kok hahaha..ayok nanti tunggu adeknya Lila lahir dan gede dikit yaaa. Anyway..makasih Vik udah mampir 😘

Sri M. Habibah said...

aa Hilman serius ini nyuruh atur skejul, budget gmn bugdet hehe..ngiler ya liat kulinernya..pdhl masih banyak lagi daftarnya takut kburu tidur yang bacanya ntar hehe

Sri M. Habibah said...

Thanks Bom, jadi kangen wisata kuliner Banda Aceh!

Sri M. Habibah said...

Makasih teteh Ica Wulansari udah mampir, ajak2 ya kalo ke Banda Aceh! 😘

Sri M. Habibah said...

fundayhaveto @Blog si Fun Alhamdulillah, makasih udah mampir dan ikut senang dipuji hehe. Kota Banda Aceh selalu dirindukan walau dalam hati..Makasih ya!