30 April 2014

Banda Aceh, Sabee Lam Hatee

Matahari hampir tinggi ketika pertama kalinya saya menginjakkan kaki kembali di Tanah Rencong. Dan Bandara Sultan Iskandar Muda, Bandar Udara Internasional kebanggaan rakyat Aceh juga sudah berdiri megah. Masih teringat dalam ingatan bandara yang dulu tidak sebesar  ini disinggahi berbagai macam bangsa dari berbagai belahan dunia setelah tsunami melanda 2004 yang lalu. Sekarang setidaknya beberapa maskapai penerbangan domestik dan internasional melayani penerbangan dari dan ke Banda Aceh.

Bandara Sultan Iskandar Muda kebanggaan Aceh

Kedatangan saya ke Banda Aceh memang seperti pulang kerumah kedua, walaupun baru dua tahun meninggalkan kota ini dan hijrah ke Jakarta, tapi kenangan belasan tahun berada di kota yang sudah berusia 809 tahun ini begitu membekas dihati. Meski kali ini suami tidak ikut, saya tidak ragu untuk membawa putri kecil saya, Diandra untuk kembali ke kota tercinta. Saya berkesempatan mengunjungi Banda Aceh kembali dan berjalan-jalan dikota tercinta ini.

Sering teman-teman saya diluar tertarik untuk mengunjungi Banda Aceh, namun bertanya-tanya hal apa yang membuat Banda Aceh menarik untuk dikunjungi. Bagi saya, Banda Aceh sekarang sudah menjadi kota pariwisata yang layak disandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.

Kuburan Massal di Ulee Lheu, Banda Aceh

Setiap menginjakkan kaki kembali di kota ini, ada perasaan haru dan sesak, teringat  saudara, teman, yang menjadi syuhada ketika bencana gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan kota ini. Tidak harus menunggu momen tahunan 26 Desember, jika tiba di Banda Aceh nanti, anda bisa mengunjungi bahkan berdoa di salah satu Kuburan Massal di Uleu Lheu yang merupakan salah satu Kuburan Massal terbesar korban bencana tsunami 2004 yang lalu.

Tugu Simpang Lima di malam hari 

Jika memasuki kota Banda Aceh anda akan melihat Tugu Simpang Lima dan dengan  berkendara sejauh  beberapa meter lagi, anda akan berdecak kagum dengan ikon bersejarah kota Banda Aceh ini, ya..Mesjid Raya Baiturrahman! Hampir di setiap kalender bertema Mesjid dan penayangan adzan Magrib di stasiun televisi di seluruh Indonesia pernah dihiasi gambar Mesjid ini. Selalu ada perasaan kagum setiap memandang desain dan interior mesjid yang pernah dibakar dan dibangun kembali oleh Belanda pada tahun1875 ini. Sebelumnya mesjid ini hanya memiliki satu kubah namun sekarang sudah diperluas dan memiliki tujuh kubah mesjid. Mesjid ini juga menjadi saksi mata tsunami 2004 lalu. Sewaktu kecil, Bapak saya sering mengajak saya kesini, tak hanya untuk sholat, tapi untuk berfoto-foto di halaman Mesjid saja, dan dalam beberapa tahun Bapak membuat kartu lebaran bergambar Mesjid Raya Baiturrahman yang dicetaknya sendiri.

Mesjid Raya Baiturahman dulu hanya memiliki satu kubah mesjid

Mesjid Raya Baiturahman sekarang dengan tujuh kubah mesjid

Hanya sekitar satu atau dua kilometer, anda bisa melihat Museum Tsunami Aceh, salah satu museum yang bukan hanya dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004 namun juga sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Museum ini dibangun setelah sebelumnya diadakan sayembara desain museum tsunami. Setidaknya ada 68 desain dalam sayembara desain museum tsunami Aceh pada tahun 2007 lalu dan desain berjudul Rumoh Aceh Escape Hill karya arsitek Indonesia M. Ridwan Kamil yang sekarang menjabat Walikota Bandung ini memenangkan sayembara tersebut. Mengunjungi Banda Aceh dan memasuki museum ini menurut saya adalah wajib.

Museum Tsunami salah satu wisata Tsunami  Banda Aceh

Diseberang Museum Tsunami Aceh ada Lapangan Blang Padang, dan di salah satu pojok lapangan ada sebuah replika pesawat Seulawah yang bertuliskan RI 001, bukan sembarang replika tapi merupakan replika pesawat Angkatan Udara Republik Indonesia pertama yang dimiliki Indonesia yang dibeli dari sumbangan rakyat Aceh. Hebat kan? Jika sore hari, lapangan ini ramai dikunjungi orang-orang yang berolah raga atau sekedar menikmati sore dan mengajak anak-anak bermain di lapangan. Saya tunjukkan juga kepada anak saya, sebuah lapangan basket yang berada di sisi lain lapangan Blang Padang ini, saya katakan kepadanya bahwa ibunya dulu berlatih dan sering bertanding di lapangan itu :)

Replika Pesawat Indonesia Pertama di Lapangan Blang Padang

Oh ya, sekitar  beberapa ratus meter dari Lapangan Blang Padang, anda akan melihat bukti kebesaran Allah SWT melalui bencana tsunami, yaitu Kapal PLTD Apung. Kapal Tongkang PLTD Apung milik Pertamina dengan berat mati sekitar 2.600 ton itu terseret gelombang tsunami dari Pelabuhan Uleelheue hingga ke Kampung Punge Blangcut yang berjarak sekitar empat kilometer. Menyaksikan kapal seberat ini bisa terdampar, tak terbayangkan betapa dahsyatnya tsunami yang menerjang dan meratakan sebagian kecil kota Banda Aceh.

Kapal PLTD Apung bukti kebesaran Tuhan melalui tsunami 2004

Sebelum tsunami, PLTD Apung menyediakan energi listrik sekitar 10 megawatt bagi warga Kota Banda Aceh. Tak hanya awak media asing dari berbagai dunia yang pernah mengunjungi lokasi terdamparnya Kapal PLTD Apung ini, namun Sekjen PBB Kofi Anan, Presiden Amerika George Bush dan Bill Clinton juga pernah datang melihat kapal tersebut, sampai saat ini pun setiap ada kepala tokoh dunia, kepala pemerintahan asing atau dalam negeri selalu menyempatkan diri melihat Kapal PLTD Apung. Jadi jangan lewatkan wisata anda ke Banda Aceh tanpa berkunjung kesini.

Sesaat setelah tsunami, tak terhitung banyaknya  perahu nelayan yang terbawa air dan terhempas ke daratan, bahkan kerumah warga. Salah satu kapal yang bertengger  di atap rumah warga berada di kampung nelayan Lampulo, orang-orang menyebutnya Rumah Boat atau Perahu Nabi Nuh, karena banyaknya warga yang naik ke atas perahu tersebut pada saat tsunami meratakan Lampulo dan kemudian diselamatkan oleh perahu itu.

Rumah Perahu di Lampulo

Perahu yang terhempas ke daratan itu berasal dari perahu nelayan yang berada di Lampulo yang memang merupakan kawasan pelabuhan perikanan terbesar di Banda Aceh. Setelah aktivitas nelayan sempat lumpuh akibat tsunami, sekarang Lampulo kembali hidup menjadi tempat perdagangan hasil laut, dari sini ikan-ikan di angkut dengan motor dan dijual oleh pedagang ikan keliling dan ada pula yg di jual di pasar-pasar tradisional. “Nyoe hai baroe that mantong ungkotnyoe (ini ikan masih sangat baru)… bloe ungkot kak (beli ikannya kak),” kata penjual disana menjajakan ikan-ikannya

Aktivitas penjualan ikan di Lampulo 

Teringat ketika kuliah dulu jika ada acara dengan teman kuliah kami sering pergi ke sini untuk mencari ikan segar untuk dibakar. Aceh memang kaya dengan hasil lautnya. Di Banda Aceh, menyantap makanan laut segar bukan suatu hal mewah lagi, Ibunda saya sering mengenang dan merindukan memasak ikan-ikan dan hasil laut di Banda Aceh yang begitu segar, berbeda dengan kota-kota di pulau Jawa yang ramai dengan isu pengawet bahkan ikan busuk.

Demikian juga dengan makanan khas yang ada di kota ini, Mie Goreng Seafood, udang, cumi-cumi  atau kepiting menjadi menu yang disajikan hampir di seluruh warung mie yang dapat ditemui di beberapa jalan kota Banda Aceh. Namun jika ingin merasakan mie yang spesial dari kota ini, mampirlah ke Mie Razali yang masih berada di dekat Tugu Simpang Lima, tepatnya Jalan Panglima Polem, ada juga Mie Lala yang berada di Jalan Syiah Kuala Lamprit, dan satu lagi Mie Midi yang berada di  Jalan T. Chik Di Tiro. Untuk anda yang tidak terbiasa menyantap makanan perdas, saya sarankan untuk meminta mengurangi level kepedasan mie anda.

Mie Kepiting yang menggugah selera

Ketika masa kuliah dulu, untuk menghemat kantong saya sering membawa sendiri mie instant ke warung mie Aceh terdekat dan meminta dibuatkan Mie dengan bumbu khas Aceh tersebut. Di beberapa warung, anda juga bisa memesan mie Aceh dengan bahan dasar mie instant tersebut, dan rasanya dijamin enak!

Mie Aceh dengan bahan mie instan yang luar biasa

Bila anda menggemari makanan berbahan dasar mie, cobalah juga Mie Kocok khas Banda Aceh, ada Mie Kocok Ramai dan  Mie Kocok Sabena yang berada di Jalan Teuku Umar, Seutui. Di Sabena anda bisa memesan minuman Es Campur yang rasanya nikmat dan segar.

Mie Kocok Ramai

Bicara tentang Es Campur, anda harus mencoba Es Campur Afuk yang berada di Jalan Pocut Baren, minuman segar ini pantas anda rasakan setelah lelah berkeliling kota Banda Aceh yang cuacanya seringkali panas di siang hari. Dan jangan kaget melihat antrian para pembeli yang ramai disini.

Es Campur Afuk yang segar

Nah..ada yang kurang jika kunjungan anda di Aceh tidak dilengkapkan dengan minum kopi Aceh di warung kopi! Minum kopi bukan sekedar rutinitas menjelang aktivitas di pagi hari namun bagian dari budaya lokal untuk mempererat ikatan kekerabatan dan persaudaraan.

Disini, orang bisa duduk di warung kopi kapan saja. Pagi hari sebelum memulai aktivitas, adalah saat yang tepat untuk mereguk segelas kopi Aceh, ya kopi Aceh disajikan digelas ukuran kecil dan beralaskan piring. Ketika masih kecil, Bapak saya mengajarkan cara meminum kopi Aceh ini, kopi panas dari gelas dituangkan sedikit  ke piring kecil yang menjadi alasnya, lalu diseruput pelan-pelan dari piringnya tujuannya mempercepat kopi panas menjadi lebih dingin dan mudah diminum. Semua warung kopi di Aceh menggunakan cara yang sama ketika menyaring bubuk kopi ke gelas, bubuk kopi harus diseduh dengan air mendidih kemudian saringan diangkat tinggi-tinggi agar kopi tidak bercampur dengan uap asap panas kopi yang telah disaring, dan juga agar bubuk kopi tidak bercampur kembali dengan saripati kopi yang telah disaring tersebut, sehingga bisa menghasilkan rasa kopi murni yang nikmat.

Menyambangi warung kopi Solong

Salah satu warung kopi terkenal di kawasan Ulee Kareng adalah Warung Kopi Jasa Ayah atau yang lebih dikenal dengan Solong, tempat ini tak pernah sepi dari para penggemar kopi. Minuman kesukaan saya adalah Sanger (campuran kopi Aceh dan sedikit krimer susu) bisa minta yg panas maupun dingin. Selain Mie Aceh dan berbagai sarapan pagi di pagi hari, anda bisa mencicipi roti sele, asoe kaya/srikaya, pulut srikaya, timphan, kue jala,  dan kue-kue khas Aceh lainnya :)

Sanger dan kue-kue khas Aceh yang bisa dinikmati di Solong

Disini anda juga bisa membawa pulang oleh-oleh kopi Solong berbagai ukuran untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh ataupun dinikmati sendiri.

Untuk makan siang, marilah singgah ke Rumah Makan Khas Aceh, salah satunya adalah Warung Nasi Hasan yang terletak di Jalan Laksamana Malahayati, Lamnyong. Berbagai makanan olahan daging berbumbu rempah menggoda ada disini, Sie Kameeng Masak Aceh (Kari Kambing Khas Aceh) adalah andalan disini. Kari Kambing Khas Aceh ini dapat anda temui di berbagai warung makan, apabila anda khawatir dengan kolesterol, mintalah timun kerok sebagai minuman anda yang merupakan campuran dari parutan timun untuk menetralisirnya.

Di malam hari, anda bisa menikmati udara malam kota Banda Aceh sambil makan malam di kawasan Kuliner Rex, Peunayong. Bermacam kuliner tersedia disana. Jika anda penggemar sate, silahkan mencoba Sate Matang, Nama Matang bukan karena dimasak matang loh, melainkan asalnya dari Matang Geuleumpang Dua, Bireun, Aceh. Potongan daging kambing atau sapi yang tebal, besar namun empuk, disajikan dengan nasi dan kuah soto. Jangan kaget ketika penjual menggebrak botol kecap saat menyajikan sate untuk anda, itu bukan karena penjual marah, namun memang khas cara mereka menyajikan. Jika masih lapar juga, cobalah menyantap Martabak Telur atau Cane gula/susu khas Aceh yang ada di sepanjang warung kopi yang ada disana.


Sate Matang penggugah selera

Anda merasa tidak cocok dan khawatir dengan rasa pedas yang ditawarkan kuliner Aceh? Jangan takut, banyak restoran Padang atau restoran cepat saji seperti fried chicken, pizza dan cafe-cafe yang menyediakan pasta atau western food di kota Banda Aceh ini. Serta berbagai pilihan menu nusantara lainnya bisa anda jumpai di Banda Aceh.

Perjalanan hari  terakhir di Banda Aceh saya tutup dengan mengunjungi wisata sejarah Taman Putroe Phang, Taman Putroe Phang adalah Taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) atas permintaan Putroe Phang (Putri Kamaliah), Permaisuri Sultan Iskandar Musa yang berasal dari Kerajaan Pahang.

Berkumpul dengan teman dan keluarga di Taman Putroe Phang

Sekarang Pemerintah menjadikan taman ini sebagai objek wisata dengan melengkapi taman kota ini dengan beberapa wahana bermain untuk anak-anak. Tempat ini juga menjadi tempat bersantai muda-mudi maupun keluarga karena tempatnya yang hijau dan sejuk  banyak pohon-pohon. Taman Putroe Phang ini berada di Jalan Teuku Umar, Seutui.

Anak-anak bermain di Taman Putroe Phang

Dibalik fungsinya sebagai ruang publik, taman ini merupakan sebagian kecil dari jejak sejarah era kejayaan Kesultanan Aceh. Taman Putroe Phang bersama beberapa situs sejarah lainnya di sepanjang sungai Krueng Daroy merupakan bagian dari komplek raksasa Istana Kesultanan Aceh.

Saya pulang membawa sebuah perhiasan cincin emas bermotif ukiran Pintu Aceh dari sebuah toko mas legendaris yaitu Keuchik Leumiek, yang berada di Pasar Aceh. Emas disini memang terkenal kualitasnya, cerita dari Ibunda saya yang pernah menjual perhiasan emas ketika berada di Jawa, toko emasnya malah meminta membeli perhiasan emas-emas lain milik Ibunda saya jika masih ada, haha


Cincin Pintu Aceh hasil menabung setahun

Ah membicarakan kota Banda Aceh ini memang tak akan ada habisnya, selalu saja ada kerinduan menyeruak jika mengenang kota ini. Ada sahabat, saudara, dan makanan khas yang akan selalu saya rindukan ketika jauh. Jika ingin jalan-jalan ke Banda Aceh, saya akan senang sekali menemani dan membantu anda merancang perjalanan bersama. Sampai satu saat anda, saya dan banyak orang lain yang terkenang dengan kota ini. Oh Banda Aceh lon, sabee lam hatee....




*Tulisan ini diikutsertakan dalam Banda Aceh Blog Competition 2014. Charming Banda Aceh, Tulis dan Perkenalkan Banda Aceh ban sigom donya
http://tourismbandaaceh.wordpress.com/

24 June 2013

Sea World Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol


Bulan ini saya kedatangan keponakan dari Solo yang hendak menghabiskan liburan di Jakarta. Namanya Rayyan, disekolahnya dia juga baru saja menang Juara 1 Lomba Komputer dan Rangking 1 disekolahnya, jadilah jalan-jalan ke Jakarta ini menjadi hadiah untuknya. Ditemani papanya yang juga abang kandung saya, tibalah dia Jakarta, tujuan utamanya hanya satu, mengunjungi Sea World!

Kebetulan kami juga baru pindah ke daerah Depok. Mamak saya masih menemani karena trimester pertama saya dilanda mabok luar biasa, dan Bapak saya juga datang ke Jakarta sekalian ngumpul dengan cucu dan anak pertamanya yang datang dari Solo.






Jadilah kami berangkat ke Ancol, kebetulan hari itu bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta, jadi untuk tiket masuk Ancolnya gratis. Tapi tidak dengan tiket masuk Sea World ya hehe
Tiket masuk dikenakan Rp. 70.000,-/orang, tapi buat Simbah dan Kakeknya Diandra dapet diskon dengan menunjukkan KTP saja :)


Akuarium utama memelihara ribuan satwa laut Indonesia. Sebanyak 35.500 ekor ikan laut Indonesia dari 35 spesies yang berbeda dipelihara disini.
Ukuran akuarium ini mencapai 38 x 24 m dengan kedalaman yang bervariasi dari 4.5 hingga 6 m dan menyimpan 5 juta liter air laut. Karena besarnya akuarium utama ini tercatat sebagai akuarium air laut terbesar kedua di Asia Tenggara.







Area Air Tawar dilengkapi dengan koleksi-koleksi satwa air tawar dari berbagai negara, termasuk diantaranya piranha dan Aipama Gigas dari sungai Amazon. Akuarium air tawar yang ditampilkan terdapat memiliki beberapa tema antara lain Aquarest (Aquarium Rain Forest), Aquarapaima, Aqua Car, Ex-Quarium dan Aquarium Piranha.





Lorong Antasena adalah lorong bawah air sepanjang 80 m yang dioperasikan dengan pijakan berjalan otomatis dengan kubah tembus pandang. Memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan "bawah laut" tanpa harus khawatir tersandung saat menengadah ke atas untuk melihat ikan.




Aquarium Dugong merupakan tempat tinggal untuk mamalia laut yang langka yaitu Duyung (Dugong dugon) dan Otter's Track menjadi rumah bagi mamalia semi akuatik Aonyx cinerea.





Pesona kehidupan laut ditambahkan dengan adanya Akuarium ekosistem terumbu karang yang berisi koral, sponge dan berbagai biota penghuni terumbu karang yang indah, serta berbagai akuarium yang berisi berbagai hewan laut unik lainnya seperti Gurita Pasifik Raksasa, Kepiting Laba-Laba, Ikan Nanas dan Nautilus yang hidup di suhu sangat dingin.



Salah satu atraksi yang paling mengesankan buat anak-anak adalah ketika jam pemberian makan, anak-anak dapat melihat ikan-ikan tersebut makan dan diperbolehkan ikut memberi makan penyu.



Akhirnya perjalanan kami selesai, di pintu keluar kita diharuskan melewati shooping area-nya Sea World, banyak boneka, kaos dan souvenir lucu yang bisa dibeli, dan Diandra pun pulang membawa satu kura-kura kecil sebagai kenang-kenangan telah berkunjung kesini.




Alhamdulillah anak-anak senang, sepanjang perjalanan pulang sampe esok harinya masih saja membicarakan Sea World dan hewan-hewan laut yang mereka lihat :)

23 December 2012

Mamakku, Nenek ASI inspirASIku


Tulisan ini saya buat untuk berpartisipasi dalam Lomba Narasi di Acara "Tribute To Mother" nya AIMI Sumatera Utara di Amaliun Convention Hall, Medan 22 Desember 2012. Alhamdulillah Narasi ini menjadi Juara 1.

-----------

Saya, Mamak dan Diandra

Mamak saya, adalah salah satu orang yang paling berperan penting dalam suksesnya pemberian ASI (Air Susu Ibu). Sebelum bicara tentang ASI tentunya kita sering berbincang masalah kehamilan dengan Ibunda tercinta, bahkan sebelum hamil kita telah mendengar cerita-cerita dan pengalaman mereka ketika melahirkan anak-anaknya.

Mamak yang berusia 57 tahun adalah Ibu dari 4 orang anak, semua anaknya lahir normal dan diberi ASI. Jika ditanya alasannya memberikan ASI adalah karena mudah, murah, praktis. Hal ini lah yang mendorong saya untuk memberikan ASI juga. Saya sendiri, anak kedua dari empat bersaudara dulunya adalah bayi yang 'katanya' tidak menyusahkan Ibunda, lahir secara normal yaitu hanya berselang satu jam ketika kontraksi pertama dimulai, dan bisa langsung merasakan nikmatnya menyusui  ASI yang melimpah dari Ibunda tercinta.
Konon cerita tersebut berpengaruh besar dalam hidup saya. Ketika hamil, saya percaya bahwa nantinya sayapun bisa melahirkan dengan normal serta akan mudah mengeluarkan air susu melimpah seperti cerita Mamak. Kenyataannya, saya akhirnya melahirkan melalui operasi sectio! tentunya atas pertimbangan medis dan konsultasi dokter. Ketika bayi saya yang diberi nama Diandra itu lahir pada 13 Juli 2011 lalu dengan berat badan 3,93 kg dan tinggi 52 cm, boro-boro mengeluarkan air susu yang melimpah, hari pertama setitik air susu pun tak keluar. Mamak tak kalah heran, menjumpai anak perempuan yang berada dalam situasi yang berbeda dengan situasinya melahirkan dulu. Namun tambahan kekuatan semangat dari suami, informasi yang didapat teman yang faham tentang laktasi, dan ilmu dari kelas menyusui membuahkan kesuksesan dan kelancaran air susu saya. Mulai dari pijat, suplemen penambah ASI, mengurangi kepanikan serta tetap membiarkan bayi menyusui langsung membuat ASI perlahan keluar sampai jumlahnya melimpah.

Ketika air susu mulai keluar, segala makanan yang konon dipercaya dapat menambah kuantitas air susu dibuatkan oleh Mamak. Mulai dari daun katuk, jantung pisang, pare, dan segala jenis sayuran, semuanya adalah makanan yang ternyata mampu membuat saya kebanjiran air susu dan Diandra 'mabok' ASI. Belum ada penelitian yang menyatakan bahwa makanan tersebut mampu menambah kualitas dan kuantitas ASI. Namun perhatian  Mamak, mimik wajah yakin ketika menyuguhkan makanan, kalimat-kalimat positif yang selalu diucapkan, serta rasa senang dan rasa percaya ketika menyantap makanan tersebut yang konon membuat si hormon oksitosin bekerja dengan sangat baik dan sempurna.
Masih ingat juga saya ketika Mamak memaksa saya makan banyak agar ASI pun ikut banyak, walaupun saya tahu itu hanyalah mitos, tetapi saya turuti saja kemauan Ibunda sambil tersenyum dalam hati, tidak ada salahnya makan banyak kok, bukankah Ibu yang menyusui eksklusif membutuhkan banyak kalori?. Dan walaupun makan banyak tetap saja berat badan saya tidak naik, malah turun dan melangsing dari bobot sebelum hamil dulu. Mamak dengan semua  ceritanya mengenai betapa lebih mudahnya menjadi Ibu dengan memberikan ASI, berhasil memaksa diri untuk turut menunjukkan keberhasilan memberikan ASI kepada anak saya.

Diandra, dari bayi sampai sekarang menjadi contoh kampanye ASI Neneknya dengan para tetangga, si Nenek dengan bangga memperkenalkan si anak ASI kepada anak2 tetangga yg sebagian masih menganut faham susu 'campur' alias ASI dan susu formula. Setiap ditanya tetangga, "minum susu apa?", "ASI saja", kata si Nenek dengan mantap dan bangga.

Si Nenek memang tidak punya ilmu sekelas konselor laktasi, tapi semestinya kita lebih faham dan wajib senantiasa meng‘upgrade’ ilmu, berbagi tentang ilmu baru, tak ragu mengajaknya mengikuti seminar yang berkaitan dengan kesehatan anak, tidak menolak pendapat namun bijak menolak hal2 yang tidak semestinya dilakukan. Masih segar dalam ingatan ketika Mamak memperhatikan dengan sungguh ketika saya berbagi ilmu tentang IMD (Inisiasi Menyusui Dini), pentingnya ASI eksklusif, juga ketika saya ajak mengikuti salah satu seminar yang membahas kesehatan anak, makanan pendamping ASI serta penggunaan obat secara bijak, ternyata berhasil membantu mendukung agar saya tidak gampang memberikan antibiotik atau obat puyer, maklum pengalaman pribadi sewaktu kecil diberikan obat puyer. Dulu, informasi seperti ini tidak gampang didapat, keterbatasan tekhnologi, keterbatasan waktu karena mengurus rumah tangga tanpa asisten rumah tangga. Namun keberhasilannya memberikan ASI kepada kami sudah cukup membuat saya bangga. Diandra, perkembangan pertumbuhannya sangat baik, usia 10 bulan sudah mulai berjalan, usia 12 bulan sudah mulai berbicara, sekarang 17 bulan, berat 12kg dan tinggi 81cm alhamdulillah dan insya Allah sehat, jarang sakit, hampir tak pernah ke dokter, dan saya percaya itu karena ASI!.

Tanpa adanya media sosial, AIMI, tentunya tidak menyenangkan seperti ini memberi ASI, dan tentunya dukungan suami, orang tua dan pengalaman Ibunda, sang nenek ASI tak kan semudah ini memberikan ASI. Semoga pengalaman ini dapat memberi inspirasi para Ibu dimanapun berada, Salam ASI.

10 October 2012

Menikmati Pantai di Bali, Indonesia

Cuti kepulangan suami kali ini bertepatan dengan 2 tahun usia pernikahan kami. Kami berencana pulang ke Bandung dan Liburan ke Bali. Liburan sekalian bulan madu ya haha...Pertimbangannya adalah karena saya suka pantai dan belum pernah ke Bali, sedangkan suami sudah pernah. Kebetulan suami saya juga ditawarkan menginap di salah satu villa milik teman nya yang tidak terpakai. Lumayan..

Liburan kali ini bukan hanya kami bertiga, ada 3 orang uwa-uwanya Diandra yang bakal ikutan. Saya pun jauh-jauh hari merancang itinerary untuk 4 hari dan akomodasi sesuai budget yang ada.Karena 2 malam kami akan menginap gratis di villa milik teman suami saya, 2 malam lagi kami memutuskan untuk menginap di salah satu resort yang lumayan banget di Tanjung Benoa hehe..

Tapi  olala..dua hari sebelum berangkat, suami diberi tahu oleh temannya bahwa villa tidak bisa dipakai! alasannya ga jelas, belakangan kami tahu bahwa beliau menjadi korban penipuan. Padahal rencananya kami akan menginap 2 malam di villa yang katanya berada di daerah Jimbaran tersebut. Ingin mengubah rencana menginap sudah tidak mungkin karena voucher untuk menginap di resort sudah kami beli. Akhirnya kami memutuskan menginap di budget hotel alias hotel murah meriah untuk dua malam pertama nanti. setelah browsing akhirnya menemukan dan kami pun siap untuk berangkat ke Pulau Dewata, Bali.

Kami berangkat malam hari dengan pesawat AirAsia. Alhamdulillah Diandra tidak rewel, persiapan pun tidak sulit karena banyak asistensi dari suami, semuanya dimasukkan koper dan saya hanya menenteng keperluan Diandra dalam satu diaper bag andalan. Saat itu usia Diandra sudah 15 bulan, jadi makanannya sudah bebas no sugar-salt rules, alias sudah makan makanan yang sama dengan orang dewasa, sejak usia setahun Diandra memang sudah makan nasi.




Alhamdulillah perjalanan lancar, dengan menumpang taxi omprengan karena panjangnya antrian taxi dan waktu yang sudah larut, kami langsung menuju hotel yang sudah kami booking, namanya Spazzio Hotel, tak jauh dari pantai Kuta, tidak terlalu crowded, dan overall, kami sangat puas dengan hotel ini.
Esok paginya, kami langsung berjalan-jalan menuju pantai-pantai di Bali
Hari ketiga kami menginap di salah satu resort di Tanjung Benoa, tulisan akan saya muat terpisah

1. Pantai Kuta



















2. Tanah Lot









3. Pantai Tanjung Benoa




15 July 2012

Ulang Tahun Pertama Diandra



Alhamdulillah putri saya, Diandra. Pada 13 Juli 2012 kemarin berusia 1 tahun. Perkembangannya sangat baik, sekarang sudah lancar berjalan (usia 10 bulan sudah mulai berjalan), sudah mulai menguasai beberapa kosa kata, sungguh nikmat yang sangat saya syukuri.



Dan yang membuat bahagia, Bapaknya Diandra juga bisa cuti di hari ulang tahunnya Diandra. Kami sendiri tidak berniat merayakannya, toh Diandra juga masih cukup kecil, hanya mengundang beberapa anak yatim piatu disekitar. Tapi ternyata Simbahnya Diandra ingin mengundang anak-anak tetangga yang biasa main dengan Diandra, jumlahnya tidak banyak sih, mungkin 10-15 orang, jadilah saya juga mengundang teman-teman dekat juga.

Tidak ada persiapan khusus, kebetulan teman kantor suami saya memberi kado gaun ulang tahun berwarna merah, dan ada yang memberikan satu stel pakaian khas Afghani (sebutan orang Afghanistan), ada juga beberapa baju yang belum terpakai, jadilah cara ulang tahun kecil-kecilan Diandra.

Pagi-pagi sudah didandanin



Bapak dan Diandra ala Afghani :)

Namanya juga anak usia setahun, belum ngerti apa-apa, pas acara ulang tahunnya malah belum bangun! Padahal teman-temannya sudah pada datang hahaha







Malamnya, kado-kado dibukain, walau ngga ngerti tapi Diandra kelihatan senang, makasih ya mbah..udah mau repot-repot masakin nasi goreng untuk ulang tahun Diandra :)