14 January 2017

Review - Aston Cirebon dan Convention Center

Ketika memutuskan untuk singgah ke Cirebon dalam perjalanan Bandung menuju Depok kami segera membuka aplikasi Agoda. Karena ketika liburan di Bandung kami tidak nginep dimana-mana, boleh dong budget menginep kali ini untuk menginap di hotel. Kebetulan ratenya sesuai bugdet plus ada bonus potongan harga dari Agoda, akhirnya kami memutuskan menginap di  di Aston Cirebon & Convention Center.


Anak-anak berpose di lobby hotel
Selain kenyamanan, keramahan dan kebersihan hotel, fasilitas yang ramah anak serta sarapan yang enak dan beragam menjadikan Aston salah satu alternatif hotel jika berkunjung ke kota-kota Indonesia, tentunya...jika budget mencukupi hehe


Superior room yang nyaman (sumber: aston)
Setelah kenyang kamipun check-in di hotel yang lokasinya tidak terlalu jauh. Begitu masuk kamar waah langsung pengen istirahat deh, jika melihat kebawah dari jendela langsing terlihat kolam renang!. Wah kamarnya ternyata cukup luas dan nyaman. Niatnya ingin istirahat sebentar tapi begitu melihat kolam renang anak-anak malah minta berenang. kebetulan airnya juga hangat! spacious and warm pool! Jadilah bapak dan anak-anak semut ini bermain air sementara saya hanya berendam saja mengingat sinus yang baru kambuh.


Bapak dan anak-anak semut bermain air
Waah asiknya tiba-tiba kita punya kolam renang ribadi nih, karena cuma kita yang berenang.  ketika berenang ada sesi pemotretan pre-wedding yang di lakukan di playpark ,  dan sayangnya ada beberapa orang yang sepertinya bagian dari tim pemotretan itu duduk dipinggir kolam renang anak sambil merokok. wah saya gemes sekali  berada di kolam renang anak-anak sambil menghirup polusi asap. untungnya mereka tidak terlalu lama disana.

Setelah berbilas, oh iya ruang bilasnya terpisah antara laki-laki dan perempuan namun agak sempit, apalagi saya harus berdua atau bertiga dengan anak-anak dalam ruangan tersebut, kalau buat sendiri sih tidak masalah. Namun tempatnya bersih dan nyaman.

cozy and romantic spot sambil mendengar live music (sumber:aston)
Ketika malam hari kami memutuskan makan malam diluar hotel, pulangnya kami ingin segera istirahat, tapi ternyata ada live music di restaurant dekat kolam renang, akhirnya kami melipir sambil memesan dessert sambil menikmati lagu-lagu hits 40 terbaru, sambil nyengir bareng suami, karena saya-yang-pernah-jadi-penyiar-format-top40-diawal-tahun-milenium hanya mengenal 1-2 lagu saja sisanya...dinikmati sajaaa  #nggaksombong #generasijadulbanget


menikmati tahu gejrot di Oasis Bistro
Esoknya kami sarapan pagi di hotel, restonya bernama Oasis Bistro. Menunya kurang se-variatif di Aston lainnya namun rasanya enak, Pelayannya ramah sekali. Alhamdulillah saya menemukan tahu gejrot, jamu tradisional disini.

Selesai sarapan, anak-anak minta bermain di playroom Castle Kids Corner yang berada di pojok depan restaurant, kamipun bisa sarapan sambil memantau anak-anak bermain, 


Diandra wajib membaca rules of play
Castle Kids Corner 
keluarga semut berpose di depan castle
Setelah bermain di playroom, kami mencoba beberapa fasilitas dari hotel seperti taman bermain anak dan bersepeda, namun ada insiden kecil dimana kaki Kirana nyangkut di ban akhirnya kami putuskan istirahat di kamar sampai waktu check-out tiba. hiks


Fasilitas rental sepeda berkeliling di hotel
Diandra ternyata mau berenang lagi sebelum pulang, setelah berenang suami ternyata mencoba extended namun rate hotelnya sudah naik, itu tandanya kami harus benar-benar pulang ke Depok hehe



Diandra ternyata mau berenang lagi sebelum pulang, setelah berenang suami ternyata mencoba extended namun rate hotelnya sudah naik, itu tandanya kami harus benar-benar pulang ke Depok hehe

kolam renang favorit kita di hotel ini
Setelah selesai berenang, kamipun beberes untuk check-out, Alhamdulillah pengalaman kami menginap di hotel ini memuaskan, Aston Cirebon adalah salah satu hotel yang ramah anak, outdoornya juga mendukung kegiatan olahraga. Kalau ke Cirebon lagi, kami mungkin akan kembali kesini lagi, aamiin .


Aston Cirebon Hotel & Convention Center
https://www.aston-international.com/eng/hotel-detail/84/aston-cirebon-hotel-convention-center


Jl. Brigjen Dharsono No. 12C (By Pass), Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, West Java 45132, Indonesia

13 January 2017

Cirebon dan Gurihnya Empal Asem

Bismillahi majreha wa mursaha innna robbi la ghofururrahim..
Tadinya perjalanan ini sebenarnya menuju kota Depok tercinta, koper sudah di press sedemikian rupa antara baju yang sudah disetrika dan yang belum. Demikian juga satu tas berisi  baju kotor sudah di tutup dengan rapat, sehingga kalau dibuka mungkin isinya langsung meluber keluar haha

Namun apa dikata ketika ide dari suami untuk belok ke Tol Cipali bak gayung bersambut langsung saya menjawab iya dengan sumringah. Jadilah siang itu kami melanjutkan perjalanan ke Cirebon!
Salah satu jalan tol tersepi yang pernah saya lewati selain Tol Padaleunyi yang dilalui di hari biasa apalagi tanpa truk dan mobil besar karena salah satu pilar di jembatan Cisomang yang retak.

Tol yang sepi dengan pemandangan indah
Pemandangan di tol ini juga bagus, dan tidak membosankan. Ditengah perjalanan temperatur mobil naik, namun kami memutuskan tetap melanjutkan perjalanan perlahan-lahan. Setelah browsing di Agoda untuk penginapan malam ini, kami memutuskan menginap di Aston Cirebon Hotel & Convention Center, boleh dong menginap karena di liburan di Bandung kemaren kami nggak menginap dimana-mana, kebetulan rate nya lagi rendah plus ada potongan harga di Agoda jadi kami dapat harga dibawah rate hotel, Alhamdulillah!

Diandra dan Kirana di lobby hotel

Akhirnya kami tiba di kota Cirebon, saya membuka daftar kuliner di handphone. Empal Gentong dan Empal Asem! Tujuan pertama kami Empal Gentong Haji Apud yang ternyata...tutup! Lalu coba ke Empal Gentong Amarta yang juga tutup, setelah muter beberapa kali akhirnya memutuskan berhenti di Empal Gentong Hj Tasiyah, Kita duduk di lantai satu yang ber AC /Non Smoking area, tempatnya enak dan sepi karena kebetulan sudah lewat jam makan siang, kami memesan empal gentong, empal asem dan sate kambing! rasanya enaak. Anak-anak juga suka ya, karena ternyata empal gentong ini mirip Soto Medan, menurut saya loooh.

Empal Gentong dan Empal Asem Hj Tasiyah
Setelah kenyang kamipun check-in di hotel yang lokasinya tidak terlalu jauh, Selepas magrib kami keluar untuk makan malam, pilihan jatuh ke makanan laut, kami makan ke Rumah Makan H.Moel, parkirnya luas dan tempatnya sebenarnya juga luas, tapi saya kurang menikmati suasananya karena di non smoking area ada 2 meja besar disamping kami yang ditempati keluarga besar yang berisik sekali. Kami memesan ayam goreng untuk anak-anak, cumi bakar dan kepiting soka telur asin. rasanya lumayan.

Cumi Bakar dan Kepiting Soka Telur Asin H. Moel
Pagi hari ketika sarapan saya sempat mencicipi tahu gejrot di restaurant hotel , wah akhirnya saya ngga perlu jauh-jauh nyari tahu genjrot karena bisa makan sepuasnya di hotel hehe 

 Sarapan Tahu Gejrot di Oasis Bistro-Aston Cirebon
Sebelum pulang, Diandra minta berenang di hotel dan setelah berenang kami bersiap pulang ke Depok. Pulangnya kami sempat singgah ke Empal Gentong dan Empal Asem Amarta, konon sih Amarta adalah pelopor Empal Asem pertama di Cirebon. Ketika kami datang pas waktunya makan siang jadi luar biasa ramai, parkirnya juga agak susah. Kami naik ke lantai satu yang lebih nyaman. Lalu memesan menu yang sama dengan yang kemarin, dan ternyata memang Empal Asemnya lebih enak dari Empal Asem di Hj Tasiyah karena bumbunya lebih terasa. Sedangkan Diandra merasa Empal Gentongnya lebih enak di Hj Tasiyah, well abaikan pendapat kami karena indera pengecap keluarga kita cukup tajam hehe..

Empal Gentong dan Empal Asem Amarta
Alhamdulillah perjalanan kami ke Depok lancar, kali ini memang kami tidak singgah ke wisata alamnya dan tempat bersejarah di Cirebon, insya Allah wisata tersebut masuk daftar jalan-jalan kami selanjutnya, tentunya masih penasaran juga dengan Haji Apud yang masih renovasi dan kuliner lain yang belum tersambangi.  bye Cirebon!


Empal Asem Amarta
Jl. Ir.H.Juanda No. 37, Battembat, Tengah Tani, Cirebon, Jawa Barat 45174, Indonesia

Empal Gentong Hj Tasiyah
Jl. Ir.H.Juanda no.54,  Battembat, Tengah Tani, Cirebon, Jawa Barat 45174, Indonesia

Rumah Makan H. Moel
http://hmoelseafood.com/
Jalan Kalibaru Selatan No 39, Kota Cirebon, Jawa Barat 45123, Indonesia

05 January 2017

Puncak Bintang Bandung: Gemerlap Paris Van Java

Ketika liburan di Cimahi kemarin, saya dan suami pengen jalan-jalan ketempat dengan suasana alam yang segar, yang berbeda dengan yang sudah kami datangi sebelumnya tapi juga ngga mau terlalu jauh. Akhirnya setelah browsing sana-sini kami memutuskan untuk  ke Puncak Bintang atau Bukit Moko. Puncak Bintang Bandung sendiri awalnya merupakan hutan pinus yang dikembangkan oleh PERHUTANI menjadi tempat wisata alam. Puncak ini resmi didirikan pada tanggal 23 September 2014, jadi memang masih baru objek wisata Bandung ini hadir.

Dermaga Bintang untuk menikmati landscape kota Bandung
Puncak Bintang adalah suatu tempat dengan ketinggian 1442 mdpl di atas puncak kota Bandung. Dari atas puncak ini kita bisa melihat kota Bandung bagaikan gemerlap bintang yang bertaburan di malam hari! Saat yang tepat untuk menikmati pemandangan ini adalah malam hari atau sebelum matahari bersinar.

Setelah ngobrol dengan suami kami memutuskan untuk berangkat dari rumah sebelum subuh, jam 3 pagi kami sudah bangun, kemudian menggotong anak-anak yang masih tidur ke mobil. lalu berangkat!

Pemandangan kota Bandung dari Caringin Tilu
Perjalanan jam 3.30 tentu saja lancar jaya. Puncak Bintang ini berada di Cimenyan, Jawa Barat. Jalan menuju Puncak Bintang ini bisa dilewati dari jalan Padasuka dekat terminal Cicaheum, Jalannya sama dengan jalan menuju Saung Angklung Udjo. Kalau dari jalan Suci menuju Cicaheum ada disebelah kiri setelah komplek Surapati Core. Atau bisa juga masuk melalui Surapati Core (Sucore).

Diandra dan pemandangan kota Bandung di Caringin Tilu
Ikuti terus jalan yang ada, akan melewati beberapa kawasan seperti Cimenyan dll. Sampai akhirnya kita akan tiba di kawasan Caringin Tilu (Cartil). Disini saja pemandangannya udah keren banget, kita sudah bisa melihat landscape kota Bandung tampak jelas dari kejauhan, kerlap-kerlip cahaya lampu dari kota Bandung. Ada banyak warung-warung buat kita duduk sambil menikmati pemandangan di atas kota Bandung. Menunya standar, seperti  mie rebus, gorengan, kopi, bandrek, dll.

Foto Keluarga Semut di Caringin Tilu
Naik keatas sedikit dari Caringin Tilu, sebelum sampai diatas Puncak Bintang ada musholla. Kami berhenti untuk sholat Subuh. Selesai sholat subuh, sambil menunggu sedikit terang untuk naik keatas kami kembali turun ke Caringin Tilu untuk  menikmati pemandangan landscape kota Bandung.
Mama Semut dan Bapak Semut
Setelah agak terang kami melanjutkan perjalanan menuju ke atas. Jalan menuju keatas menanjak tajam dan kecil jadi kita harus berhati-hati.pastikan kondisi mesin kendaraan cukup mampu untuk perjalanan menanjak ke atas. Jalan menuju Puncak Bintang memang tidak terlalu besar, beberapa ruas malah hanya cukup untuk satu mobil saja, jadi kalau berpapasan dengan mobil mesti ekstra hati-hati. kami sempat was-was mobil sedan ini tidak bisa naik karena  jalan semakin kecil, tapi ternyata jaraknya sudah dekat. Tidak terlalu jauh dari Caringin Tilu, mungkin sekitar 2 KM.

Menuju Puncak Bintang
Memasuki kawasan Puncak Bintang atau Bukit Moko, kita ditarik biaya parkir 10 ribu per mobil, dan untuk masuk ke kawasan hutan kita membayari 12 ribu per orang. Di kawasan hutan bukit Moko, kita juga bisa kemping sehingga bisa menikmati pemandangan alam yang menakjubkan baik saat sunset maupun sunrise. Tempat ini juga cukup apik dijadikan tempat pemotretan karena banyaknya pohon pinus dan suasana hutan alami. Puncak Bintang sendiri sudah dibuka jam 4 pagi dan ada musholla yang disediakan disana.

hutan pinus yang indah
keluarga semut di 1417 mdpl
Mama Semut meni gaya pisa
Pagi itu kamipun menikmati suasana alam yang menyegarkan dari Dermaga Bintang, setelah puas kamipun pulang untuk mencari sarapan.

14 December 2016

Resensi Film Moana

Reaksi pertama setelah menonton film ini adalah animasinya bagus banget! Mata jadi seger melihat pantai, lautan biru, pasir putih dan hutan tropikal.  Dan yang terpenting Moana adalah film dengan karakter princess tanpa subplot romansa, yang tidak membutuhkan prince charming atau sejenisnya! Setelah demam Frozen yang sudah 3 tahun yang lalu, Moana berhasil membuat demam putri saya yang berusia 5 tahun untuk nonton sebanyak 3x (and she wants more haha). But still it's just another Disney's story tentang putri pemberani yang mencari jati diri, masih sama dengan tema2 film animasi seperti Tangled, Mulan, dll.


Berlatar belakang Kepulauan Polynesia yang cantik, sang tokoh utama (Auli'i Sravalho) adalah seorang putri kepala suku di pulau kecil bernama Motunui. Seperti namanya yang berarti lautan dalam bahasa Polynesia, sejak kecil Moana sangat ingin berlayar mengarungi samudera, meski selalu digagalkan oleh ayahnya, Chief Tui (Temuera Morison) yang menganggap laut berbahaya.

Filmnya sendiri dibuka dengan mitologi; narasi mengenai Te Fiti, dewi pulau yang hatinya dicuri oleh Maui (Dwayne Johnson), manusia separuh dewa yang bisa berubah wujud menjadi hewan apapun. Te Fiti yang kehilangan hatinya menjadi marah dan menghancurkan pulau-pulau disekitarnya.

Moana dan keluarganya diceritakan hidup damai sampai ketika hasil tanam di pulau  mereka membusuk dan ikan susah dicari. Moana lalu menyarankan untuk mencari ikan lebih jauh melewati batu karang, tapi ayahnya menentang karena terlalu berbahaya, tidak ada seorang pun yang boleh berlayar melewati batu karang.

sumber: movies.disney.com.au
Melalui neneknya (Rachel House), Moana mengetahui bahwa ternyata leluhur mereka dulu adalah penjelajah samudera dan Moana adalah orang yang terpilih oleh lautan untuk mengembalikan tradisi itu, juga mencari Maui untuk mengembalikan hati Te Fiti yang telah dicurinya, karena hanya dengan mengembalikan hati Te Fiti bisa mengembalikan kesuburan tanah di pulau mereka serta ikan-ikan di laut.

Moana kecil. sumber:theverge.com
Bermodal sebuah sampan, Moana pun menentang ayahnya agar tidak berlayar melewati batu karang. Misi Moana adalah mencari Maui, menjewer telinganya, mengetakan siapa dirinya dan menyuruhnya mengembalikan hati Te Fiti. Namun hal ini tidak mudah karena Moana tak punya pengalaman berlayar. Apalagi, ketika berjumpa dengan Maui, si manusia dewa yang sangat sombong ini malah tidak mau ikut karena ia tak mempunya kail sakti untuk melawan Te Ka, lava raksasa penjaga Te Fiti.

Petualangan mereka pun sangat menegangkan dan menghibur, mulai dari berhadapan dengan suku bajak laut berwujud ratusan batok kelapa mungil yang idenya dicomot dari film Mad Max: Fury Road. Hingga bertemu kepiting raksasa pengkoleksi harta berkilau. Kru animator juga menciptakan sidekick teraneh dalam sejarah Disney. Salah satunya adalah HeiHei, ayam paling aneh dalam sejarah Disney, yang lainnya adalah Lautan yang menjadi karakter sungguhan, bisa mengangguk, menggeleng dan membantu Moana; juga tato tribal di tubuh Maui yang hidup dan merupakan bagian cerita hidup Maui.


Selanjutnya apakah Moana berhasil mengembalikan hati Te Fiti serta mengembalikan tradisi penjelajah samudera?

Lagu tema film ini juga cukup berkesan "How Far I'll Go" dibawakan Auli'i Sravalho dan favorit saya adalah "We Know The Way" dibawakan Opetaia Foa'i & Lin-Manuel Miranda ada juga lagu "You're Welcome" dibawakan Dwayne Johnson juga "Shiny" dibawakan Jemaine Clement .



Moana salah satu film dengan pesan inspiratif girls power terbaik di penghujung 2016 ini, wajib tonton!





Sumber:

http://www.ulasanpilem.com/2016/11/review-moana-2016.html
https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-moana/

30 April 2014

Banda Aceh, Sabee Lam Hatee

Matahari hampir tinggi ketika pertama kalinya saya menginjakkan kaki kembali di Tanah Rencong. Dan Bandara Sultan Iskandar Muda, Bandar Udara Internasional kebanggaan rakyat Aceh juga sudah berdiri megah. Masih teringat dalam ingatan bandara yang dulu tidak sebesar  ini disinggahi berbagai macam bangsa dari berbagai belahan dunia setelah tsunami melanda 2004 yang lalu. Sekarang setidaknya beberapa maskapai penerbangan domestik dan internasional melayani penerbangan dari dan ke Banda Aceh.

Bandara Sultan Iskandar Muda kebanggaan Aceh

Kedatangan saya ke Banda Aceh memang seperti pulang kerumah kedua, walaupun baru dua tahun meninggalkan kota ini dan hijrah ke Jakarta, tapi kenangan belasan tahun berada di kota yang sudah berusia 809 tahun ini begitu membekas dihati. Meski kali ini suami tidak ikut, saya tidak ragu untuk membawa putri kecil saya, Diandra untuk kembali ke kota tercinta. Saya berkesempatan mengunjungi Banda Aceh kembali dan berjalan-jalan dikota tercinta ini.

Sering teman-teman saya diluar tertarik untuk mengunjungi Banda Aceh, namun bertanya-tanya hal apa yang membuat Banda Aceh menarik untuk dikunjungi. Bagi saya, Banda Aceh sekarang sudah menjadi kota pariwisata yang layak disandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia.

Kuburan Massal di Ulee Lheu, Banda Aceh

Setiap menginjakkan kaki kembali di kota ini, ada perasaan haru dan sesak, teringat  saudara, teman, yang menjadi syuhada ketika bencana gempa bumi dan tsunami meluluhlantakkan kota ini. Tidak harus menunggu momen tahunan 26 Desember, jika tiba di Banda Aceh nanti, anda bisa mengunjungi bahkan berdoa di salah satu Kuburan Massal di Uleu Lheu yang merupakan salah satu Kuburan Massal terbesar korban bencana tsunami 2004 yang lalu.

Tugu Simpang Lima di malam hari 

Jika memasuki kota Banda Aceh anda akan melihat Tugu Simpang Lima dan dengan  berkendara sejauh  beberapa meter lagi, anda akan berdecak kagum dengan ikon bersejarah kota Banda Aceh ini, ya..Mesjid Raya Baiturrahman! Hampir di setiap kalender bertema Mesjid dan penayangan adzan Magrib di stasiun televisi di seluruh Indonesia pernah dihiasi gambar Mesjid ini. Selalu ada perasaan kagum setiap memandang desain dan interior mesjid yang pernah dibakar dan dibangun kembali oleh Belanda pada tahun1875 ini. Sebelumnya mesjid ini hanya memiliki satu kubah namun sekarang sudah diperluas dan memiliki tujuh kubah mesjid. Mesjid ini juga menjadi saksi mata tsunami 2004 lalu. Sewaktu kecil, Bapak saya sering mengajak saya kesini, tak hanya untuk sholat, tapi untuk berfoto-foto di halaman Mesjid saja, dan dalam beberapa tahun Bapak membuat kartu lebaran bergambar Mesjid Raya Baiturrahman yang dicetaknya sendiri.

Mesjid Raya Baiturahman dulu hanya memiliki satu kubah mesjid

Mesjid Raya Baiturahman sekarang dengan tujuh kubah mesjid

Hanya sekitar satu atau dua kilometer, anda bisa melihat Museum Tsunami Aceh, salah satu museum yang bukan hanya dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004 namun juga sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Museum ini dibangun setelah sebelumnya diadakan sayembara desain museum tsunami. Setidaknya ada 68 desain dalam sayembara desain museum tsunami Aceh pada tahun 2007 lalu dan desain berjudul Rumoh Aceh Escape Hill karya arsitek Indonesia M. Ridwan Kamil yang sekarang menjabat Walikota Bandung ini memenangkan sayembara tersebut. Mengunjungi Banda Aceh dan memasuki museum ini menurut saya adalah wajib.

Museum Tsunami salah satu wisata Tsunami  Banda Aceh

Diseberang Museum Tsunami Aceh ada Lapangan Blang Padang, dan di salah satu pojok lapangan ada sebuah replika pesawat Seulawah yang bertuliskan RI 001, bukan sembarang replika tapi merupakan replika pesawat Angkatan Udara Republik Indonesia pertama yang dimiliki Indonesia yang dibeli dari sumbangan rakyat Aceh. Hebat kan? Jika sore hari, lapangan ini ramai dikunjungi orang-orang yang berolah raga atau sekedar menikmati sore dan mengajak anak-anak bermain di lapangan. Saya tunjukkan juga kepada anak saya, sebuah lapangan basket yang berada di sisi lain lapangan Blang Padang ini, saya katakan kepadanya bahwa ibunya dulu berlatih dan sering bertanding di lapangan itu :)

Replika Pesawat Indonesia Pertama di Lapangan Blang Padang

Oh ya, sekitar  beberapa ratus meter dari Lapangan Blang Padang, anda akan melihat bukti kebesaran Allah SWT melalui bencana tsunami, yaitu Kapal PLTD Apung. Kapal Tongkang PLTD Apung milik Pertamina dengan berat mati sekitar 2.600 ton itu terseret gelombang tsunami dari Pelabuhan Uleelheue hingga ke Kampung Punge Blangcut yang berjarak sekitar empat kilometer. Menyaksikan kapal seberat ini bisa terdampar, tak terbayangkan betapa dahsyatnya tsunami yang menerjang dan meratakan sebagian kecil kota Banda Aceh.

Kapal PLTD Apung bukti kebesaran Tuhan melalui tsunami 2004

Sebelum tsunami, PLTD Apung menyediakan energi listrik sekitar 10 megawatt bagi warga Kota Banda Aceh. Tak hanya awak media asing dari berbagai dunia yang pernah mengunjungi lokasi terdamparnya Kapal PLTD Apung ini, namun Sekjen PBB Kofi Anan, Presiden Amerika George Bush dan Bill Clinton juga pernah datang melihat kapal tersebut, sampai saat ini pun setiap ada kepala tokoh dunia, kepala pemerintahan asing atau dalam negeri selalu menyempatkan diri melihat Kapal PLTD Apung. Jadi jangan lewatkan wisata anda ke Banda Aceh tanpa berkunjung kesini.

Sesaat setelah tsunami, tak terhitung banyaknya  perahu nelayan yang terbawa air dan terhempas ke daratan, bahkan kerumah warga. Salah satu kapal yang bertengger  di atap rumah warga berada di kampung nelayan Lampulo, orang-orang menyebutnya Rumah Boat atau Perahu Nabi Nuh, karena banyaknya warga yang naik ke atas perahu tersebut pada saat tsunami meratakan Lampulo dan kemudian diselamatkan oleh perahu itu.

Rumah Perahu di Lampulo

Perahu yang terhempas ke daratan itu berasal dari perahu nelayan yang berada di Lampulo yang memang merupakan kawasan pelabuhan perikanan terbesar di Banda Aceh. Setelah aktivitas nelayan sempat lumpuh akibat tsunami, sekarang Lampulo kembali hidup menjadi tempat perdagangan hasil laut, dari sini ikan-ikan di angkut dengan motor dan dijual oleh pedagang ikan keliling dan ada pula yg di jual di pasar-pasar tradisional. “Nyoe hai baroe that mantong ungkotnyoe (ini ikan masih sangat baru)… bloe ungkot kak (beli ikannya kak),” kata penjual disana menjajakan ikan-ikannya

Aktivitas penjualan ikan di Lampulo 

Teringat ketika kuliah dulu jika ada acara dengan teman kuliah kami sering pergi ke sini untuk mencari ikan segar untuk dibakar. Aceh memang kaya dengan hasil lautnya. Di Banda Aceh, menyantap makanan laut segar bukan suatu hal mewah lagi, Ibunda saya sering mengenang dan merindukan memasak ikan-ikan dan hasil laut di Banda Aceh yang begitu segar, berbeda dengan kota-kota di pulau Jawa yang ramai dengan isu pengawet bahkan ikan busuk.

Demikian juga dengan makanan khas yang ada di kota ini, Mie Goreng Seafood, udang, cumi-cumi  atau kepiting menjadi menu yang disajikan hampir di seluruh warung mie yang dapat ditemui di beberapa jalan kota Banda Aceh. Namun jika ingin merasakan mie yang spesial dari kota ini, mampirlah ke Mie Razali yang masih berada di dekat Tugu Simpang Lima, tepatnya Jalan Panglima Polem, ada juga Mie Lala yang berada di Jalan Syiah Kuala Lamprit, dan satu lagi Mie Midi yang berada di  Jalan T. Chik Di Tiro. Untuk anda yang tidak terbiasa menyantap makanan perdas, saya sarankan untuk meminta mengurangi level kepedasan mie anda.

Mie Kepiting yang menggugah selera

Ketika masa kuliah dulu, untuk menghemat kantong saya sering membawa sendiri mie instant ke warung mie Aceh terdekat dan meminta dibuatkan Mie dengan bumbu khas Aceh tersebut. Di beberapa warung, anda juga bisa memesan mie Aceh dengan bahan dasar mie instant tersebut, dan rasanya dijamin enak!

Mie Aceh dengan bahan mie instan yang luar biasa

Bila anda menggemari makanan berbahan dasar mie, cobalah juga Mie Kocok khas Banda Aceh, ada Mie Kocok Ramai dan  Mie Kocok Sabena yang berada di Jalan Teuku Umar, Seutui. Di Sabena anda bisa memesan minuman Es Campur yang rasanya nikmat dan segar.

Mie Kocok Ramai

Bicara tentang Es Campur, anda harus mencoba Es Campur Afuk yang berada di Jalan Pocut Baren, minuman segar ini pantas anda rasakan setelah lelah berkeliling kota Banda Aceh yang cuacanya seringkali panas di siang hari. Dan jangan kaget melihat antrian para pembeli yang ramai disini.

Es Campur Afuk yang segar

Nah..ada yang kurang jika kunjungan anda di Aceh tidak dilengkapkan dengan minum kopi Aceh di warung kopi! Minum kopi bukan sekedar rutinitas menjelang aktivitas di pagi hari namun bagian dari budaya lokal untuk mempererat ikatan kekerabatan dan persaudaraan.

Disini, orang bisa duduk di warung kopi kapan saja. Pagi hari sebelum memulai aktivitas, adalah saat yang tepat untuk mereguk segelas kopi Aceh, ya kopi Aceh disajikan digelas ukuran kecil dan beralaskan piring. Ketika masih kecil, Bapak saya mengajarkan cara meminum kopi Aceh ini, kopi panas dari gelas dituangkan sedikit  ke piring kecil yang menjadi alasnya, lalu diseruput pelan-pelan dari piringnya tujuannya mempercepat kopi panas menjadi lebih dingin dan mudah diminum. Semua warung kopi di Aceh menggunakan cara yang sama ketika menyaring bubuk kopi ke gelas, bubuk kopi harus diseduh dengan air mendidih kemudian saringan diangkat tinggi-tinggi agar kopi tidak bercampur dengan uap asap panas kopi yang telah disaring, dan juga agar bubuk kopi tidak bercampur kembali dengan saripati kopi yang telah disaring tersebut, sehingga bisa menghasilkan rasa kopi murni yang nikmat.

Menyambangi warung kopi Solong

Salah satu warung kopi terkenal di kawasan Ulee Kareng adalah Warung Kopi Jasa Ayah atau yang lebih dikenal dengan Solong, tempat ini tak pernah sepi dari para penggemar kopi. Minuman kesukaan saya adalah Sanger (campuran kopi Aceh dan sedikit krimer susu) bisa minta yg panas maupun dingin. Selain Mie Aceh dan berbagai sarapan pagi di pagi hari, anda bisa mencicipi roti sele, asoe kaya/srikaya, pulut srikaya, timphan, kue jala,  dan kue-kue khas Aceh lainnya :)

Sanger dan kue-kue khas Aceh yang bisa dinikmati di Solong

Disini anda juga bisa membawa pulang oleh-oleh kopi Solong berbagai ukuran untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh ataupun dinikmati sendiri.

Untuk makan siang, marilah singgah ke Rumah Makan Khas Aceh, salah satunya adalah Warung Nasi Hasan yang terletak di Jalan Laksamana Malahayati, Lamnyong. Berbagai makanan olahan daging berbumbu rempah menggoda ada disini, Sie Kameeng Masak Aceh (Kari Kambing Khas Aceh) adalah andalan disini. Kari Kambing Khas Aceh ini dapat anda temui di berbagai warung makan, apabila anda khawatir dengan kolesterol, mintalah timun kerok sebagai minuman anda yang merupakan campuran dari parutan timun untuk menetralisirnya.

Di malam hari, anda bisa menikmati udara malam kota Banda Aceh sambil makan malam di kawasan Kuliner Rex, Peunayong. Bermacam kuliner tersedia disana. Jika anda penggemar sate, silahkan mencoba Sate Matang, Nama Matang bukan karena dimasak matang loh, melainkan asalnya dari Matang Geuleumpang Dua, Bireun, Aceh. Potongan daging kambing atau sapi yang tebal, besar namun empuk, disajikan dengan nasi dan kuah soto. Jangan kaget ketika penjual menggebrak botol kecap saat menyajikan sate untuk anda, itu bukan karena penjual marah, namun memang khas cara mereka menyajikan. Jika masih lapar juga, cobalah menyantap Martabak Telur atau Cane gula/susu khas Aceh yang ada di sepanjang warung kopi yang ada disana.


Sate Matang penggugah selera

Anda merasa tidak cocok dan khawatir dengan rasa pedas yang ditawarkan kuliner Aceh? Jangan takut, banyak restoran Padang atau restoran cepat saji seperti fried chicken, pizza dan cafe-cafe yang menyediakan pasta atau western food di kota Banda Aceh ini. Serta berbagai pilihan menu nusantara lainnya bisa anda jumpai di Banda Aceh.

Perjalanan hari  terakhir di Banda Aceh saya tutup dengan mengunjungi wisata sejarah Taman Putroe Phang, Taman Putroe Phang adalah Taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) atas permintaan Putroe Phang (Putri Kamaliah), Permaisuri Sultan Iskandar Musa yang berasal dari Kerajaan Pahang.

Berkumpul dengan teman dan keluarga di Taman Putroe Phang

Sekarang Pemerintah menjadikan taman ini sebagai objek wisata dengan melengkapi taman kota ini dengan beberapa wahana bermain untuk anak-anak. Tempat ini juga menjadi tempat bersantai muda-mudi maupun keluarga karena tempatnya yang hijau dan sejuk  banyak pohon-pohon. Taman Putroe Phang ini berada di Jalan Teuku Umar, Seutui.

Anak-anak bermain di Taman Putroe Phang

Dibalik fungsinya sebagai ruang publik, taman ini merupakan sebagian kecil dari jejak sejarah era kejayaan Kesultanan Aceh. Taman Putroe Phang bersama beberapa situs sejarah lainnya di sepanjang sungai Krueng Daroy merupakan bagian dari komplek raksasa Istana Kesultanan Aceh.

Saya pulang membawa sebuah perhiasan cincin emas bermotif ukiran Pintu Aceh dari sebuah toko mas legendaris yaitu Keuchik Leumiek, yang berada di Pasar Aceh. Emas disini memang terkenal kualitasnya, cerita dari Ibunda saya yang pernah menjual perhiasan emas ketika berada di Jawa, toko emasnya malah meminta membeli perhiasan emas-emas lain milik Ibunda saya jika masih ada, haha


Cincin Pintu Aceh hasil menabung setahun

Ah membicarakan kota Banda Aceh ini memang tak akan ada habisnya, selalu saja ada kerinduan menyeruak jika mengenang kota ini. Ada sahabat, saudara, dan makanan khas yang akan selalu saya rindukan ketika jauh. Jika ingin jalan-jalan ke Banda Aceh, saya akan senang sekali menemani dan membantu anda merancang perjalanan bersama. Sampai satu saat anda, saya dan banyak orang lain yang terkenang dengan kota ini. Oh Banda Aceh lon, sabee lam hatee....




*Tulisan ini diikutsertakan dalam Banda Aceh Blog Competition 2014. Charming Banda Aceh, Tulis dan Perkenalkan Banda Aceh ban sigom donya
http://tourismbandaaceh.wordpress.com/