Matahari hampir tinggi ketika pertama kalinya saya menginjakkan kaki kembali
di Tanah Rencong. Dan Bandara Sultan Iskandar Muda, Bandar Udara Internasional
kebanggaan rakyat Aceh juga sudah berdiri megah. Masih teringat dalam ingatan
bandara yang dulu tidak sebesar ini
disinggahi berbagai macam bangsa dari berbagai belahan dunia setelah tsunami
melanda 2004 yang lalu. Sekarang setidaknya beberapa maskapai penerbangan
domestik dan internasional melayani penerbangan dari dan ke Banda Aceh.
 |
Bandara Sultan Iskandar Muda kebanggaan Aceh |
Kedatangan saya ke Banda Aceh memang seperti pulang kerumah kedua, walaupun
baru dua tahun meninggalkan kota ini dan hijrah ke Jakarta, tapi kenangan
belasan tahun berada di kota yang sudah berusia 809 tahun ini begitu membekas dihati. Meski kali ini suami tidak
ikut, saya tidak ragu untuk membawa putri kecil saya, Diandra untuk kembali ke
kota tercinta. Saya berkesempatan mengunjungi Banda Aceh kembali dan berjalan-jalan dikota tercinta ini.
Sering teman-teman saya diluar tertarik untuk mengunjungi Banda Aceh, namun
bertanya-tanya hal apa yang membuat Banda Aceh menarik untuk dikunjungi. Bagi
saya, Banda Aceh sekarang sudah menjadi kota pariwisata yang layak disandingkan
dengan kota-kota lain di Indonesia.
 |
Kuburan Massal di Ulee Lheu, Banda Aceh |
Setiap menginjakkan kaki kembali di kota ini, ada perasaan haru dan sesak, teringat
saudara, teman, yang menjadi syuhada ketika bencana gempa bumi dan tsunami
meluluhlantakkan kota ini. Tidak harus menunggu momen tahunan 26 Desember, jika
tiba di Banda Aceh nanti, anda bisa mengunjungi bahkan berdoa di salah satu Kuburan Massal di Uleu Lheu yang
merupakan salah satu Kuburan Massal terbesar korban bencana tsunami 2004 yang
lalu.
 |
Tugu Simpang Lima di malam hari |
Jika memasuki kota Banda Aceh anda akan melihat Tugu Simpang Lima dan
dengan berkendara sejauh beberapa meter lagi, anda akan berdecak
kagum dengan ikon bersejarah kota Banda Aceh ini, ya..Mesjid Raya Baiturrahman! Hampir
di setiap kalender bertema Mesjid dan penayangan adzan Magrib di stasiun
televisi di seluruh Indonesia pernah dihiasi gambar Mesjid ini. Selalu ada
perasaan kagum setiap memandang desain dan interior mesjid yang pernah dibakar dan dibangun kembali oleh Belanda pada tahun1875 ini. Sebelumnya mesjid ini hanya memiliki satu kubah namun sekarang sudah diperluas dan memiliki tujuh kubah mesjid. Mesjid ini juga menjadi saksi mata tsunami 2004 lalu. Sewaktu kecil, Bapak saya sering mengajak saya kesini, tak
hanya untuk sholat, tapi untuk berfoto-foto di halaman Mesjid saja,
dan dalam beberapa tahun Bapak membuat kartu lebaran bergambar Mesjid
Raya Baiturrahman yang dicetaknya sendiri.
 |
Mesjid Raya Baiturahman dulu hanya memiliki satu kubah mesjid |
 |
Mesjid Raya Baiturahman sekarang dengan tujuh kubah mesjid |
Hanya sekitar satu atau dua kilometer, anda bisa melihat Museum
Tsunami Aceh, salah satu museum yang bukan hanya dirancang sebagai monumen
simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004 namun juga
sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi
lagi. Museum ini dibangun setelah sebelumnya diadakan sayembara desain museum
tsunami. Setidaknya ada 68 desain dalam sayembara desain museum tsunami
Aceh pada tahun 2007 lalu dan desain berjudul Rumoh Aceh Escape Hill
karya arsitek Indonesia M. Ridwan Kamil yang sekarang menjabat Walikota Bandung
ini memenangkan sayembara tersebut. Mengunjungi Banda Aceh dan memasuki museum
ini menurut saya adalah wajib.
 |
Museum Tsunami salah satu wisata Tsunami Banda Aceh |
Diseberang Museum Tsunami Aceh ada Lapangan Blang Padang, dan di salah satu
pojok lapangan ada sebuah replika pesawat Seulawah yang bertuliskan RI 001, bukan
sembarang replika tapi merupakan replika pesawat Angkatan Udara Republik Indonesia
pertama yang dimiliki Indonesia yang dibeli dari sumbangan rakyat Aceh. Hebat
kan? Jika sore hari, lapangan ini ramai dikunjungi orang-orang yang berolah raga
atau sekedar menikmati sore dan mengajak anak-anak bermain di lapangan. Saya
tunjukkan juga kepada anak saya, sebuah lapangan basket yang berada
di sisi lain lapangan Blang Padang ini, saya katakan kepadanya bahwa ibunya
dulu berlatih dan sering bertanding di lapangan itu :)
 |
Replika Pesawat Indonesia Pertama di Lapangan Blang Padang |
Oh ya, sekitar beberapa ratus meter dari Lapangan Blang
Padang, anda akan melihat bukti kebesaran Allah SWT melalui bencana tsunami,
yaitu Kapal PLTD Apung. Kapal Tongkang PLTD Apung milik Pertamina dengan berat
mati sekitar 2.600 ton itu terseret gelombang tsunami dari Pelabuhan Uleelheue
hingga ke Kampung Punge Blangcut yang berjarak sekitar empat kilometer. Menyaksikan kapal seberat ini bisa terdampar, tak terbayangkan betapa dahsyatnya tsunami yang menerjang dan meratakan sebagian kecil kota Banda Aceh.
 |
Kapal PLTD Apung bukti kebesaran Tuhan melalui tsunami 2004 |
Sebelum tsunami, PLTD Apung menyediakan energi listrik sekitar 10 megawatt
bagi warga Kota Banda Aceh. Tak hanya awak media asing dari berbagai dunia yang
pernah mengunjungi lokasi terdamparnya Kapal PLTD Apung ini, namun Sekjen PBB
Kofi Anan, Presiden Amerika George Bush dan Bill Clinton juga pernah datang
melihat kapal tersebut, sampai saat ini pun setiap ada kepala tokoh dunia,
kepala pemerintahan asing atau dalam negeri selalu menyempatkan diri melihat
Kapal PLTD Apung. Jadi jangan lewatkan wisata anda ke Banda Aceh tanpa
berkunjung kesini.
Sesaat setelah tsunami, tak terhitung banyaknya perahu
nelayan yang terbawa air dan terhempas ke daratan, bahkan kerumah warga. Salah
satu kapal yang bertengger di atap rumah warga berada di kampung nelayan
Lampulo, orang-orang menyebutnya Rumah Boat atau Perahu Nabi Nuh, karena
banyaknya warga yang naik ke atas perahu tersebut pada saat tsunami meratakan Lampulo dan
kemudian diselamatkan oleh perahu itu.
 |
Rumah Perahu di Lampulo |
Perahu yang terhempas ke daratan itu
berasal dari perahu nelayan yang berada di Lampulo yang memang merupakan
kawasan pelabuhan perikanan terbesar di Banda Aceh. Setelah aktivitas nelayan
sempat lumpuh akibat tsunami, sekarang Lampulo kembali hidup menjadi tempat
perdagangan hasil laut, dari sini ikan-ikan di angkut dengan motor dan dijual
oleh pedagang ikan keliling dan ada pula yg di jual di pasar-pasar tradisional. “Nyoe hai baroe that mantong ungkotnyoe (ini ikan masih sangat baru)… bloe
ungkot kak (beli ikannya kak),” kata penjual disana menjajakan ikan-ikannya
 |
Aktivitas penjualan ikan di Lampulo |
Teringat ketika kuliah dulu jika ada acara dengan teman kuliah kami sering
pergi ke sini untuk mencari ikan segar untuk dibakar. Aceh memang kaya dengan
hasil lautnya. Di Banda Aceh, menyantap makanan laut segar bukan suatu hal
mewah lagi, Ibunda saya sering mengenang dan merindukan memasak ikan-ikan dan
hasil laut di Banda Aceh yang begitu segar, berbeda dengan kota-kota di pulau
Jawa yang ramai dengan isu pengawet bahkan ikan busuk.
Demikian juga dengan makanan khas yang ada di kota ini, Mie Goreng Seafood, udang, cumi-cumi atau kepiting menjadi menu yang disajikan
hampir di seluruh warung mie yang dapat ditemui di beberapa jalan kota Banda
Aceh. Namun jika ingin merasakan mie yang spesial dari kota ini, mampirlah ke Mie
Razali yang masih berada di dekat Tugu Simpang Lima, tepatnya Jalan Panglima
Polem, ada juga Mie Lala yang berada di Jalan Syiah Kuala Lamprit, dan satu
lagi Mie Midi yang berada di Jalan T.
Chik Di Tiro. Untuk anda yang tidak terbiasa menyantap makanan perdas, saya
sarankan untuk meminta mengurangi level kepedasan mie anda.
 |
Mie Kepiting yang menggugah selera |
Ketika masa kuliah dulu, untuk menghemat kantong saya sering membawa sendiri
mie instant ke warung mie Aceh terdekat dan meminta dibuatkan Mie dengan bumbu
khas Aceh tersebut. Di beberapa warung, anda juga bisa memesan mie Aceh dengan
bahan dasar mie instant tersebut, dan rasanya dijamin enak!
 |
Mie Aceh dengan bahan mie instan yang luar biasa |
Bila anda menggemari makanan berbahan dasar mie, cobalah juga Mie Kocok khas Banda Aceh, ada Mie Kocok Ramai dan Mie Kocok Sabena yang berada di Jalan Teuku Umar, Seutui. Di Sabena anda bisa memesan minuman Es Campur yang rasanya nikmat
dan segar.
 |
Mie Kocok Ramai |
Bicara tentang Es Campur, anda harus mencoba Es Campur Afuk yang berada di
Jalan Pocut Baren, minuman segar ini
pantas anda rasakan setelah lelah berkeliling kota Banda Aceh yang cuacanya seringkali
panas di siang hari. Dan jangan kaget melihat antrian para pembeli yang ramai
disini.
 |
Es Campur Afuk yang segar |
Nah..ada yang kurang jika kunjungan anda di Aceh tidak dilengkapkan dengan
minum kopi Aceh di warung kopi! Minum kopi bukan sekedar rutinitas menjelang
aktivitas di pagi hari namun bagian dari budaya lokal untuk mempererat ikatan
kekerabatan dan persaudaraan.
Disini, orang bisa duduk di warung kopi kapan
saja. Pagi hari sebelum memulai aktivitas, adalah saat yang tepat untuk mereguk
segelas kopi Aceh, ya kopi Aceh disajikan digelas
ukuran kecil dan beralaskan piring. Ketika masih kecil, Bapak saya mengajarkan cara
meminum kopi Aceh ini, kopi panas dari gelas dituangkan sedikit ke piring kecil yang menjadi alasnya, lalu
diseruput pelan-pelan dari piringnya tujuannya mempercepat kopi panas menjadi
lebih dingin dan mudah diminum. Semua warung kopi di Aceh menggunakan cara yang
sama ketika menyaring bubuk kopi ke gelas, bubuk kopi harus diseduh dengan air
mendidih kemudian saringan diangkat tinggi-tinggi agar kopi tidak bercampur
dengan uap asap panas kopi yang telah disaring, dan juga agar bubuk kopi tidak
bercampur kembali dengan saripati kopi yang telah disaring tersebut, sehingga
bisa menghasilkan rasa kopi murni yang nikmat.
 |
Menyambangi warung kopi Solong |
Salah satu warung kopi terkenal di kawasan Ulee Kareng adalah Warung Kopi
Jasa Ayah atau yang lebih dikenal dengan Solong, tempat ini tak pernah sepi
dari para penggemar kopi. Minuman kesukaan saya adalah Sanger (campuran
kopi Aceh dan sedikit krimer susu) bisa minta yg panas maupun dingin. Selain Mie
Aceh dan berbagai sarapan pagi di pagi hari, anda bisa mencicipi roti sele,
asoe kaya/srikaya, pulut srikaya, timphan, kue jala, dan kue-kue khas
Aceh lainnya :)
 |
Sanger dan kue-kue khas Aceh yang bisa dinikmati di Solong |
Disini anda juga bisa membawa pulang oleh-oleh kopi Solong berbagai ukuran
untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh ataupun dinikmati sendiri.
Untuk makan siang, marilah singgah ke Rumah Makan Khas Aceh, salah satunya
adalah Warung Nasi Hasan yang terletak di Jalan Laksamana Malahayati, Lamnyong.
Berbagai makanan olahan daging berbumbu rempah menggoda ada disini, Sie Kameeng Masak Aceh (Kari Kambing
Khas Aceh) adalah andalan disini. Kari Kambing Khas Aceh ini dapat anda temui
di berbagai warung makan, apabila anda khawatir dengan kolesterol, mintalah
timun kerok sebagai minuman anda yang merupakan campuran dari parutan timun
untuk menetralisirnya.
Di malam hari, anda bisa menikmati udara malam kota Banda Aceh sambil makan
malam di kawasan Kuliner Rex, Peunayong. Bermacam kuliner tersedia disana. Jika
anda penggemar sate, silahkan mencoba Sate Matang, Nama Matang bukan karena
dimasak matang loh, melainkan asalnya dari Matang Geuleumpang Dua, Bireun, Aceh. Potongan
daging kambing atau sapi yang tebal, besar namun empuk, disajikan dengan nasi
dan kuah soto. Jangan kaget ketika penjual menggebrak botol kecap saat
menyajikan sate untuk anda, itu bukan karena penjual marah, namun memang khas cara mereka menyajikan.
Jika masih lapar juga, cobalah menyantap Martabak Telur atau Cane gula/susu khas Aceh yang ada
di sepanjang warung kopi yang ada disana.
 |
Sate Matang penggugah selera |
Anda merasa tidak cocok dan khawatir dengan rasa pedas yang ditawarkan
kuliner Aceh? Jangan takut, banyak restoran Padang atau restoran cepat saji seperti fried chicken, pizza dan cafe-cafe yang menyediakan pasta atau western food
di kota Banda Aceh ini. Serta berbagai pilihan menu nusantara lainnya bisa anda jumpai di Banda Aceh.
Perjalanan hari terakhir di Banda
Aceh saya tutup dengan mengunjungi wisata sejarah Taman Putroe Phang, Taman
Putroe Phang adalah Taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
atas permintaan Putroe Phang (Putri Kamaliah), Permaisuri Sultan Iskandar Musa
yang berasal dari Kerajaan Pahang.
 |
Berkumpul dengan teman dan keluarga di Taman Putroe Phang |
Sekarang Pemerintah menjadikan taman ini sebagai objek wisata dengan melengkapi
taman kota ini dengan beberapa wahana bermain untuk anak-anak. Tempat ini juga
menjadi tempat bersantai muda-mudi maupun keluarga karena tempatnya yang hijau
dan sejuk banyak pohon-pohon. Taman Putroe Phang ini berada di Jalan
Teuku Umar, Seutui.
 |
Anak-anak bermain di Taman Putroe Phang |
Dibalik fungsinya sebagai ruang publik, taman ini merupakan sebagian kecil dari
jejak sejarah era kejayaan Kesultanan Aceh. Taman Putroe Phang bersama beberapa
situs sejarah lainnya di sepanjang sungai Krueng Daroy merupakan bagian dari
komplek raksasa Istana Kesultanan Aceh.
Saya pulang membawa sebuah perhiasan cincin emas bermotif ukiran Pintu Aceh dari sebuah toko mas legendaris yaitu Keuchik Leumiek, yang berada di Pasar Aceh. Emas disini memang terkenal kualitasnya, cerita dari Ibunda saya yang pernah menjual perhiasan emas ketika berada di Jawa, toko emasnya malah meminta membeli perhiasan emas-emas lain milik Ibunda saya jika masih ada, haha
 |
Cincin Pintu Aceh hasil menabung setahun |
Ah membicarakan kota Banda Aceh ini memang tak akan ada habisnya, selalu
saja ada kerinduan menyeruak jika mengenang kota ini. Ada sahabat, saudara,
dan makanan khas yang akan selalu saya rindukan ketika jauh. Jika ingin jalan-jalan
ke Banda Aceh, saya akan senang sekali menemani dan membantu anda merancang
perjalanan bersama. Sampai satu saat anda, saya dan banyak orang lain yang
terkenang dengan kota ini. Oh Banda Aceh
lon, sabee lam hatee....
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Banda Aceh
Blog Competition 2014. Charming Banda Aceh, Tulis dan Perkenalkan Banda Aceh
ban sigom donya
http://tourismbandaaceh.wordpress.com/