23 December 2012

Mamakku, Nenek ASI inspirASIku


Tulisan ini saya buat untuk berpartisipasi dalam Lomba Narasi di Acara "Tribute To Mother" nya AIMI Sumatera Utara di Amaliun Convention Hall, Medan 22 Desember 2012. Alhamdulillah Narasi ini menjadi Juara 1.

-----------

Saya, Mamak dan Diandra

Mamak saya, adalah salah satu orang yang paling berperan penting dalam suksesnya pemberian ASI (Air Susu Ibu). Sebelum bicara tentang ASI tentunya kita sering berbincang masalah kehamilan dengan Ibunda tercinta, bahkan sebelum hamil kita telah mendengar cerita-cerita dan pengalaman mereka ketika melahirkan anak-anaknya.

Mamak yang berusia 57 tahun adalah Ibu dari 4 orang anak, semua anaknya lahir normal dan diberi ASI. Jika ditanya alasannya memberikan ASI adalah karena mudah, murah, praktis. Hal ini lah yang mendorong saya untuk memberikan ASI juga. Saya sendiri, anak kedua dari empat bersaudara dulunya adalah bayi yang 'katanya' tidak menyusahkan Ibunda, lahir secara normal yaitu hanya berselang satu jam ketika kontraksi pertama dimulai, dan bisa langsung merasakan nikmatnya menyusui  ASI yang melimpah dari Ibunda tercinta.
Konon cerita tersebut berpengaruh besar dalam hidup saya. Ketika hamil, saya percaya bahwa nantinya sayapun bisa melahirkan dengan normal serta akan mudah mengeluarkan air susu melimpah seperti cerita Mamak. Kenyataannya, saya akhirnya melahirkan melalui operasi sectio! tentunya atas pertimbangan medis dan konsultasi dokter. Ketika bayi saya yang diberi nama Diandra itu lahir pada 13 Juli 2011 lalu dengan berat badan 3,93 kg dan tinggi 52 cm, boro-boro mengeluarkan air susu yang melimpah, hari pertama setitik air susu pun tak keluar. Mamak tak kalah heran, menjumpai anak perempuan yang berada dalam situasi yang berbeda dengan situasinya melahirkan dulu. Namun tambahan kekuatan semangat dari suami, informasi yang didapat teman yang faham tentang laktasi, dan ilmu dari kelas menyusui membuahkan kesuksesan dan kelancaran air susu saya. Mulai dari pijat, suplemen penambah ASI, mengurangi kepanikan serta tetap membiarkan bayi menyusui langsung membuat ASI perlahan keluar sampai jumlahnya melimpah.

Ketika air susu mulai keluar, segala makanan yang konon dipercaya dapat menambah kuantitas air susu dibuatkan oleh Mamak. Mulai dari daun katuk, jantung pisang, pare, dan segala jenis sayuran, semuanya adalah makanan yang ternyata mampu membuat saya kebanjiran air susu dan Diandra 'mabok' ASI. Belum ada penelitian yang menyatakan bahwa makanan tersebut mampu menambah kualitas dan kuantitas ASI. Namun perhatian  Mamak, mimik wajah yakin ketika menyuguhkan makanan, kalimat-kalimat positif yang selalu diucapkan, serta rasa senang dan rasa percaya ketika menyantap makanan tersebut yang konon membuat si hormon oksitosin bekerja dengan sangat baik dan sempurna.
Masih ingat juga saya ketika Mamak memaksa saya makan banyak agar ASI pun ikut banyak, walaupun saya tahu itu hanyalah mitos, tetapi saya turuti saja kemauan Ibunda sambil tersenyum dalam hati, tidak ada salahnya makan banyak kok, bukankah Ibu yang menyusui eksklusif membutuhkan banyak kalori?. Dan walaupun makan banyak tetap saja berat badan saya tidak naik, malah turun dan melangsing dari bobot sebelum hamil dulu. Mamak dengan semua  ceritanya mengenai betapa lebih mudahnya menjadi Ibu dengan memberikan ASI, berhasil memaksa diri untuk turut menunjukkan keberhasilan memberikan ASI kepada anak saya.

Diandra, dari bayi sampai sekarang menjadi contoh kampanye ASI Neneknya dengan para tetangga, si Nenek dengan bangga memperkenalkan si anak ASI kepada anak2 tetangga yg sebagian masih menganut faham susu 'campur' alias ASI dan susu formula. Setiap ditanya tetangga, "minum susu apa?", "ASI saja", kata si Nenek dengan mantap dan bangga.

Si Nenek memang tidak punya ilmu sekelas konselor laktasi, tapi semestinya kita lebih faham dan wajib senantiasa meng‘upgrade’ ilmu, berbagi tentang ilmu baru, tak ragu mengajaknya mengikuti seminar yang berkaitan dengan kesehatan anak, tidak menolak pendapat namun bijak menolak hal2 yang tidak semestinya dilakukan. Masih segar dalam ingatan ketika Mamak memperhatikan dengan sungguh ketika saya berbagi ilmu tentang IMD (Inisiasi Menyusui Dini), pentingnya ASI eksklusif, juga ketika saya ajak mengikuti salah satu seminar yang membahas kesehatan anak, makanan pendamping ASI serta penggunaan obat secara bijak, ternyata berhasil membantu mendukung agar saya tidak gampang memberikan antibiotik atau obat puyer, maklum pengalaman pribadi sewaktu kecil diberikan obat puyer. Dulu, informasi seperti ini tidak gampang didapat, keterbatasan tekhnologi, keterbatasan waktu karena mengurus rumah tangga tanpa asisten rumah tangga. Namun keberhasilannya memberikan ASI kepada kami sudah cukup membuat saya bangga. Diandra, perkembangan pertumbuhannya sangat baik, usia 10 bulan sudah mulai berjalan, usia 12 bulan sudah mulai berbicara, sekarang 17 bulan, berat 12kg dan tinggi 81cm alhamdulillah dan insya Allah sehat, jarang sakit, hampir tak pernah ke dokter, dan saya percaya itu karena ASI!.

Tanpa adanya media sosial, AIMI, tentunya tidak menyenangkan seperti ini memberi ASI, dan tentunya dukungan suami, orang tua dan pengalaman Ibunda, sang nenek ASI tak kan semudah ini memberikan ASI. Semoga pengalaman ini dapat memberi inspirasi para Ibu dimanapun berada, Salam ASI.