Tulisan ini saya buat untuk berpartisipasi dalam Lomba Narasi di Acara "Tribute To Mother" nya AIMI Sumatera Utara di Amaliun Convention Hall, Medan 22 Desember 2012. Alhamdulillah Narasi ini menjadi Juara 1.
Mamak
saya, adalah salah satu orang yang paling berperan penting dalam suksesnya
pemberian ASI (Air Susu Ibu). Sebelum bicara tentang ASI tentunya kita sering
berbincang masalah kehamilan dengan Ibunda tercinta, bahkan sebelum hamil kita
telah mendengar cerita-cerita dan pengalaman mereka ketika melahirkan
anak-anaknya.
Mamak
yang berusia 57 tahun adalah Ibu dari 4 orang anak, semua anaknya lahir normal
dan diberi ASI. Jika ditanya alasannya memberikan ASI adalah karena mudah,
murah, praktis. Hal ini lah yang mendorong saya untuk memberikan ASI juga. Saya
sendiri, anak kedua dari empat bersaudara dulunya adalah bayi yang 'katanya'
tidak menyusahkan Ibunda, lahir secara normal yaitu hanya berselang satu jam
ketika kontraksi pertama dimulai, dan bisa langsung merasakan nikmatnya
menyusui ASI yang melimpah dari Ibunda
tercinta.
Konon cerita tersebut berpengaruh besar dalam hidup saya. Ketika hamil, saya percaya bahwa nantinya sayapun bisa melahirkan dengan normal serta akan mudah mengeluarkan air susu melimpah seperti cerita Mamak. Kenyataannya, saya akhirnya melahirkan melalui operasi sectio! tentunya atas pertimbangan medis dan konsultasi dokter. Ketika bayi saya yang diberi nama Diandra itu lahir pada 13 Juli 2011 lalu dengan berat badan 3,93 kg dan tinggi 52 cm, boro-boro mengeluarkan air susu yang melimpah, hari pertama setitik air susu pun tak keluar. Mamak tak kalah heran, menjumpai anak perempuan yang berada dalam situasi yang berbeda dengan situasinya melahirkan dulu. Namun tambahan kekuatan semangat dari suami, informasi yang didapat teman yang faham tentang laktasi, dan ilmu dari kelas menyusui membuahkan kesuksesan dan kelancaran air susu saya. Mulai dari pijat, suplemen penambah ASI, mengurangi kepanikan serta tetap membiarkan bayi menyusui langsung membuat ASI perlahan keluar sampai jumlahnya melimpah.
Konon cerita tersebut berpengaruh besar dalam hidup saya. Ketika hamil, saya percaya bahwa nantinya sayapun bisa melahirkan dengan normal serta akan mudah mengeluarkan air susu melimpah seperti cerita Mamak. Kenyataannya, saya akhirnya melahirkan melalui operasi sectio! tentunya atas pertimbangan medis dan konsultasi dokter. Ketika bayi saya yang diberi nama Diandra itu lahir pada 13 Juli 2011 lalu dengan berat badan 3,93 kg dan tinggi 52 cm, boro-boro mengeluarkan air susu yang melimpah, hari pertama setitik air susu pun tak keluar. Mamak tak kalah heran, menjumpai anak perempuan yang berada dalam situasi yang berbeda dengan situasinya melahirkan dulu. Namun tambahan kekuatan semangat dari suami, informasi yang didapat teman yang faham tentang laktasi, dan ilmu dari kelas menyusui membuahkan kesuksesan dan kelancaran air susu saya. Mulai dari pijat, suplemen penambah ASI, mengurangi kepanikan serta tetap membiarkan bayi menyusui langsung membuat ASI perlahan keluar sampai jumlahnya melimpah.
Ketika
air susu mulai keluar, segala makanan yang konon dipercaya dapat menambah
kuantitas air susu dibuatkan oleh Mamak. Mulai dari daun katuk, jantung pisang,
pare, dan segala jenis sayuran, semuanya adalah makanan yang ternyata mampu
membuat saya kebanjiran air susu dan Diandra 'mabok' ASI. Belum ada penelitian
yang menyatakan bahwa makanan tersebut mampu menambah kualitas dan kuantitas
ASI. Namun perhatian Mamak, mimik wajah yakin
ketika menyuguhkan makanan, kalimat-kalimat positif yang selalu diucapkan,
serta rasa senang dan rasa percaya ketika menyantap makanan tersebut yang konon
membuat si hormon oksitosin bekerja dengan sangat baik dan sempurna.
Masih ingat juga saya ketika Mamak memaksa saya makan banyak agar ASI pun ikut banyak, walaupun saya tahu itu hanyalah mitos, tetapi saya turuti saja kemauan Ibunda sambil tersenyum dalam hati, tidak ada salahnya makan banyak kok, bukankah Ibu yang menyusui eksklusif membutuhkan banyak kalori?. Dan walaupun makan banyak tetap saja berat badan saya tidak naik, malah turun dan melangsing dari bobot sebelum hamil dulu. Mamak dengan semua ceritanya mengenai betapa lebih mudahnya menjadi Ibu dengan memberikan ASI, berhasil memaksa diri untuk turut menunjukkan keberhasilan memberikan ASI kepada anak saya.
Masih ingat juga saya ketika Mamak memaksa saya makan banyak agar ASI pun ikut banyak, walaupun saya tahu itu hanyalah mitos, tetapi saya turuti saja kemauan Ibunda sambil tersenyum dalam hati, tidak ada salahnya makan banyak kok, bukankah Ibu yang menyusui eksklusif membutuhkan banyak kalori?. Dan walaupun makan banyak tetap saja berat badan saya tidak naik, malah turun dan melangsing dari bobot sebelum hamil dulu. Mamak dengan semua ceritanya mengenai betapa lebih mudahnya menjadi Ibu dengan memberikan ASI, berhasil memaksa diri untuk turut menunjukkan keberhasilan memberikan ASI kepada anak saya.
Diandra,
dari bayi sampai sekarang menjadi contoh kampanye ASI Neneknya dengan para
tetangga, si Nenek dengan bangga memperkenalkan si anak ASI kepada anak2
tetangga yg sebagian masih menganut faham susu 'campur' alias ASI dan susu
formula. Setiap ditanya tetangga, "minum susu apa?", "ASI
saja", kata si Nenek dengan mantap dan bangga.
Si
Nenek memang tidak punya ilmu sekelas konselor laktasi, tapi semestinya kita
lebih faham dan wajib senantiasa meng‘upgrade’
ilmu, berbagi tentang ilmu baru, tak ragu mengajaknya mengikuti seminar yang
berkaitan dengan kesehatan anak, tidak menolak pendapat namun bijak menolak
hal2 yang tidak semestinya dilakukan. Masih segar dalam ingatan ketika Mamak
memperhatikan dengan sungguh ketika saya berbagi ilmu tentang IMD (Inisiasi Menyusui
Dini), pentingnya ASI eksklusif, juga ketika saya ajak mengikuti salah satu seminar
yang membahas kesehatan anak, makanan pendamping ASI serta penggunaan obat
secara bijak, ternyata berhasil membantu mendukung agar saya tidak gampang
memberikan antibiotik atau obat puyer, maklum pengalaman pribadi sewaktu kecil
diberikan obat puyer. Dulu, informasi seperti ini tidak gampang didapat, keterbatasan
tekhnologi, keterbatasan waktu karena mengurus rumah tangga tanpa asisten rumah
tangga. Namun keberhasilannya memberikan ASI kepada kami sudah cukup membuat saya
bangga. Diandra, perkembangan pertumbuhannya sangat baik, usia 10 bulan sudah
mulai berjalan, usia 12 bulan sudah mulai berbicara, sekarang 17 bulan, berat 12kg
dan tinggi 81cm alhamdulillah dan insya Allah sehat, jarang sakit, hampir tak
pernah ke dokter, dan saya percaya itu karena ASI!.
Tanpa
adanya media sosial, AIMI, tentunya tidak menyenangkan seperti ini memberi ASI,
dan tentunya dukungan suami, orang tua dan pengalaman Ibunda, sang nenek ASI
tak kan semudah ini memberikan ASI. Semoga pengalaman ini dapat memberi
inspirasi para Ibu dimanapun berada, Salam ASI.