29 January 2017

Resensi Film Iqro: Petualangan Meraih Bintang

Mulai tanggal 26 Januari 2017, Film Iqro: Petualangan Meraih Bintang yang dipersembahkan oleh Mesjid Salman ITB dan Salman Film Academy sudah mulai tayang serentak di beberapa bioskop di Indonesia. Film anak Islami bertema astronomi ini pas banget ditonton bersama keluarga.

Saya bersama suami dan anak-anak menonton film ini 28 Januari kemarin. Sebelum rilis di seluruh kota besar di Indonesia, film ini ditayangkan khusus sebelumnya di kota Bandung. Walikota Bandung, Ridwan kamil juga diberi kesempatan untuk menonton bersama komunitas astronomi di Bandung tanggal 19 Januari 2017, beliau mengaku sangat tersentuh saat melihat adegan Opa (Cok Simbara), salah satu pemain di film ini menangis, bahkan Walikota Bandung ini sempat meneteskan air mata.

sumber: film-iqro.com

Sinopsis Film Iqro

Aqila (Aisha Nurra Datau) adalah anak yang sangat suka pada sains dan bercita-cita menjadi astronot. Aqila mempunyai Kakek/ Opa bernama Profesor Wibowo (Cok Simbara) yang berprofesi sebagai astronom di Pusat Peneropongan Bintang Bosscha dan tinggal di Lembang, Jawa Barat.



Aqila mendapat tugas liburan sekolah yang berhubungan dengan astronomi, rencananya dia akan meneropong benda langit dan akan membuat tulisan tentang penemuan baru tentang astronomi, yaitu bahwa pluto bukanlah planet. Untuk itu Aqila ingin berlibur kerumah Opanya agar bisa menggunakan teropong utama di Bosscha untuk menyelesaikan tugasnya.

Aqila lalu berlibur di Lembang bersama Opa dan Omanya (Neno Warisman) . Saat dirumah Opanya Aqila bertemu dengan Ros, anak dari asisten rumah tangga dirumah Omanya. Ros pun mengajak Aqila untuk bersama-sama mengikuti pesantren kilat yang diadakan di Mesjid sekitar dan belajar Iqro.

Ketika bertemu Opanya, Aqila mengutarakan keinginannya untuk meneropong bintang di Bosscha, namun Opa memiliki satu syarat: Aqila harus bisa membaca Al-Quran, Aqila pun menyanggupinya.

sumber: zetizen.com
Pengalaman Aqila belajar Al-Quran ternyata menggugah hatinya, diapun ikut pesantren kilat dan belajar Iqro bersama kak Raudhah (Adhitya Putri). Walau mendapat gangguan dari Fauzi (Raihan Khan) anak dari preman kampung bernama Codet (Mike Lucock), Aqila terus belajar sampai akhirnya bisa membaca Al-Quran. Ketika ikut lomba baca Al-Quran, Aqila belajar tentang arti Al-Quran dan kebesaran Allah SWT yang menciptakan alam semesta.

Diakhir cerita, Opa berada dalam dilema ketika sudah berjanji pada Aqila untuk meneropong benda angkasa di Bosscha,  namun Bosscha sendiri terancam tutup, karena adanya pembangunan hotel di sekitar Bosscha yang paparan cahayanya sangat  mengganggu peneropongan bintang yang selama ini dilakukan di Bosscha. Opa juga mendapat teror dari orang-orang yang sedang membangun hotel didekat Bosscha.

Akankan Aqila bisa menyelesaikan tugasnya meneropong benda langit di Bosscha?

Siapakah Para Pemain Film Iqro?

Film ini didukung oleh banyak aktor dan artis senior, sebut saja, Cok Simbara, Neno Warisman, dan Meriam Bellina, Kemudian ada Mike Lucock dan Adhitya Putri.

Sedangkan pemeran Aqila diperankan oleh Aisha Narra Datau, meskipun Aisha wajahnya baru dikenal namun ternyata Aisha mendapatkan darah seni peran dari ibunya yaitu artis teater Ine Febriyanti . Dari kecil Aisha sering melihat ibunya bermain teater dan pernah ikut bermain teater omnibus yang ikut disutradarai ibunya.

Aisha Narra Datau pemeran Aqila (sumber: film-iqro.com)

Pemeran Fauzi sudah tak asing lagi di layar kaca adalah Raihan Khan, yang wajahnya sering menghiasi iklan, sinetron, FTV dan juga beberapa film Indonesia, Tahun 2016 kemarin Raihan memenangkan penghargaan Indonesia Movie Actor Award kategori Pemeran Anak-Anak Terbaik.

Raihan Khan pemeran Fauzi (sumber:film-iqro.com)

Pesan Film Iqro

Pesan yang menjadi kekuatan cerita dari film ini adalah bisa memotivasi belajar ilmu agama dan sains lebih dalam. Jika kita belajar Al-Quran lebih dalam maka disana banyak ilmu yang berkaitan dengan sains. 

Juga pesan lain yang ingin disampaikan adalah bagaimana lajunya pemukiman dan wisata di daerah Lembang dan Bandung Utara yang dulunya rimbun atau berupa hutan-hutan kecil dan area pepohonan tertutup menjadi area pemukiman, pusat bisnis/ villa ataupun daerah pertanian yang bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya banyak intensitas cahaya dari pemukiman yang menyebabkan terganggunya penelitian yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal.

Sementara itu, kurang tegasnya pemerintah dalam hal ini dinas-dinas terkait seperti pertanahan, agraria dan pemukiman cukup memberi andil dalam hal ini. Sehingga observatorium yang pernah disebut sebagai observatorium satu-satunya dikawasan khatulistiwa ini terancam keberadaannya. bahkan tim riset ITB berencana memindahkan observatorium ke Kupang, NTT. Film yang sarat pesan ini sangat layak menjadi tontonan keluarga. 

Walau eksekusi fim ini saya rasa kurang fokus, seperti tujuan pesan yang ingin disampaikan, serta scene Aqila-Fauzi dimana Fauzi yang pintar membaca Al-Quran dipaksakan menjadi nakal seperti scene Sherina-Derby di Film Petualangan Sherina terasa agak aneh. Namun saya salut kepada Tim Mesjid Salman ITB yang telah memberi PR kepada saya untuk menjawab pertanyaan anak saya yang berusia 5 tahun hehehe, saya dibombardir pertanyaan dan setelah menonton film ini anak saya jadi semakin termotivasi belajar Iqra dan membaca buku-buku bacaan yang berkaitan dengan astrologi.

Film Iqro mampu menyajikan film edukasi dan mengobati kerinduan pada film anak-anak yang baik ditengah sinetron dan bombardir film luar negeri yang ada saat ini. Ditunggu karya selanjutnya!


sumber: film-iqro.com




Sumber:


1 comments:

Hilman said...

Film yang menarik dan meninspirasi.
Ada beberapa momen yg membuat terharu.